Kubersimpuh dalam kegelapan
Ditengah kebingungan, tak ada cahaya
Lampu-lampu itupun mati tak lagi dapat menyinari
Jiwa-jiwa yang kering… hati yang mati…tak lagi berdenyut
Kubersimpuh dalam kegelapan
Ditengah kebingungan, tak ada cahaya
Lampu-lampu itupun mati tak lagi dapat menyinari
Jiwa-jiwa yang kering… hati yang mati…tak lagi berdenyut
Dalam kegelapan kumencari Tuhanku
Yang hilang dalam larut duniaku
Entahlah, rasanya pekat dalam gelap, dalam gulita… dalam kesepian
Kegelisahan… dan dalam lamunan yang panjang
Ditengah hiasan duniawi
Kubersimpuh dalam derai air mata kehinaan
Kesombongan… keangkuhan… kemunafikan
Dan dalam sadar… ternyata kekuasaan semakin menjauhkan aku dari Tuhanku
Kekayaan semakin menjauhkan aku
Dari kasih sayangmu Tuhanku
Kini kusadar sesadar-sadarnya… kan kugenggam harapan
Biarkan dahaga itu.. lapar itu menghiasi hari-hariku
Biarkan jantungku…perutku… paru-paruku
Terpanggang dalam panas duniawi
Dalam lapar… dalam kehausan
Biar kumati dan musnah dalam keyakinan agamaku.
Didalam iman…. dalam sujud
Dalam cinta untukmu Mu sang maha agung
Ampunilah hambamu yang dhoif
Yang lalai… yang lemah… yang melupakan ajaranmu
Yang menghardik anak yatim…
Yang zolim.. dengan sejuta dosa yang melekat dalam diri.
Wahidin Halim
Tentang Penulis.
Penulis adalah seorang birokrat, selama dua periode terakhir, penulis menjabat sebagai Walikota Tangerang.