Putus? Gak Mungkin

Date:

Tanggal  7 September 2013 itu hari pertama aku berpacaran dengan Ilham. Dia adalah pacar pertamaku. Pada hari pertama dia menghampiriku di kosan. Aku malu dan deg-degan. Tapi aku berusaha untuk tidak menunjukannya.

“ assalamu’alaikum” salam darinya dengan senyum manis.
“ wa’alaikumussalam”
“ lagi apa? Jalan yuk”
“ ga lagi apa-apa sih. Kemana?”
“ keliling rangkasbitung. Katanya pengen tau”

Tanggal  7 September 2013 itu hari pertama aku berpacaran dengan Ilham. Dia adalah pacar pertamaku. Pada hari pertama dia menghampiriku di kosan. Aku malu dan deg-degan. Tapi aku berusaha untuk tidak menunjukannya.

“ assalamu’alaikum” salam darinya dengan senyum manis.
“ wa’alaikumussalam”
“ lagi apa? Jalan yuk”
“ ga lagi apa-apa sih. Kemana?”
“ keliling rangkasbitung. Katanya pengen tau”

Aku pun mengangguk dan bergegas untuk berganti pakaian. Aku di boncengnya. Kami hanya sama- sama diam tanpa satu kata pun. Mungkin malu. Ketika keliling kota Rangkasbitung kami pergi ke rumah makan dan makan disana. Diapun mengawali pembicaraan.

“ mau makan apa?”
“ apa aja”
“ nasi uduk, mau kan?”
“ iya, gak apa-apa”

Kami pun makan bersama dan hanya senyum saja yang kami tunjukan. Aku bingung harus ngomong apa karena baru pertama pacaran. Pukul 8 malam aku pulang ke kosan bersamanya.

Sesampainya di kosan dia menyuruhku untuk sholat isya dan langsung tidur karena besok dia mau mengantarkanku pulang ke serang. Aku bingung ternganga. Aku tidak pernah membawa laki-laki ke rumah apalagi pacar. Apa kata bapakku nanti?. Aku hanya berharap dibolehkan pacaran. Aamiin.

“ kenapa bengong?” memegang pundakku
“ ga apa-apa ko”
“ pulang ya”
“ iya, hati-hati di jalan”

Dia pun pergi meninggalkanku dan rasanya ingin sekali aku melarangnya pergi tetapi itu tidak mungkin. Aku langsung sholat dan menunggu dia smsku dengan sms selamat sampai rumah.
Satu jam kemudian sms pun datang.

“ alhamdulillah, udah sampe rumah”
“ alhamdulillah”
“ lagi apa? Makasih ya tadi udah mau jalan sama ilham”
“ lagi tiduran. Iya makasih juga udah mau keliling rangkasbitung sama asti”
“ iya, asti. Seneng punya pacar kamu”
“ ilham, kenapa mau jadi pacar asti?”
“ kamu itu baik, asti”

Aku pun tidak membalas smsnya karena ketiduran. Aku pun terbiasa membangunkannya untuk melaksanakan sholat malam lewat sms. Tapi tidak dibalas, mungkin dia lelah dan tertidur lelap. Ketika waktu subuh tiba dia membangunkanku lewat sms pula.

“ ayo bangun sholat subuh”
“ iya, hmm ga sholat malam ya?”
“ iya soalnya tidur”
“ oh, nanti sholat ya”
“ iya. Besok ke kampus kan?”
“ iya, Ilham”
“ sampai ketemu besok di kampus ya, pacarku”

Aku tidak membalas smsnya karena hatiku sangat bertentangan dengan hal berpacaran apalagi sebelum nikah. Sampai kapan aku harus begini? Aku tidak ingin melenceng jauh dari jalanNya tapi aku sudah terlanjur berpacaran dengannya. Bingung. Hidup tanpa halaqoh. Pagi-pagi buta dia smsku.

“ tunggu di kosan ya, ntar ilham jemput”
“ iya”
“ ya udah siap-siap mandi sana”
“ iya, kamu juga”
“ iya, sayang”
“ cie, manggilnya ko gitu sih?”
“ kan berpacaran jadi harus so sweet”

Aku diam seribu kata. Aku teringat nasehat dari guru-guruku dulu kalau pacaran itu hanya  berbuat maksiat saja. Ah, aku bingung. Imanku goyah dan tak ada satu pun di lingkunganku untuk mengingatkan hal itu. Ya sudah aku jalani saja pacaran dengannya, biarkan perpisahan segera memisahkan kita.
Aku segera untuk mandi dan bersiap-siap ke kampus. Jam 8 pagi dia pun datang.

“ assalamu’alaikum. Udah siap belum?”
“ udah”

Aku pun langsung naik motor bersamanya ke kampus. Ketika di kampus teman-teman menceng-cengkan. Aku malu. Di kampus kami ngobrol berdua dan mulai membuka pertanyaan- pertanyaan yang diawali olehnya.

“ kamu kenapa mau jadi pacar, Ilham?”
“baik”
“ iya, sayang”
“ cie, senang ih pacar kaya kamu”
“ kenapa?”
“ baik, pintar, mengerti agama”
“ aamiin”
“ jalan, yuk. Lagian masih bebas ini kuliahnya kan belum efektif”

Aku pun pergi ke masjid agung Rangkasbitung bersamanya. Disana kami belajar mengaji bareng dan ngobrol. Tiba-tiba dia memulai pembicaraannya.

“ yank, kamu harus setia ya. Ilham janji ga bakalan nyakitin kamu dan ninggalin kamu. Kamu boleh ninggalin ilham tapi kalau ilhamnya udah meninggal dunia. Tapi kamu harus dapatkan yang lebih baik dari ilham, ya. Ga boleh yang ngerokok pastinya kan kamu ga suka laki-laki perokok”

Aku terdiam mendengar ucapan itu, kenapa  dia harus mengatakan itu dan di pangkuannya adalah Al-Qur’an aku takut dia mengingkari janjinya sendiri. Positive thinking saja deh.

“ kenapa diam?” ucapnya sambil memegang tanganku
“ ga apa-apa. Asti takut kamu ngingkari dan ga mau di putusin sama kamu”
“ ga bakalan, sayang”

Dia pun meyakinkanku. Aku percaya dengannya apalagi di pangkuannya adalah Al-Qur’an. Setelah berbincang- bincang aku pun pulang ke kosan. Capek tidak ku hiraukan lagi.

“ ilham pulang ya dan do’ain selamat sampai rumah”
“iya. Hati- hati di jalan”
“ iya, sayang. Masih kangen kamu”
“ kan besok juga ketemu ini”

Dia pun pulang aku segera untuk masuk ke dalam kosan. Aku merasakan kalau dia benar-benar tulus menyangiku. Aku akan selalu menjaga perasaan ini untuk dia. Satu jam pun lamunanku berlalu karena dia smsku.

“ sayang lagi apa?”
“ lagi duduk aja. Kamu?”
“ lagi mikirin kamu, yank”
“ cie, ilham. Lebay banget”
“ gak apa- apa kali sama pacar ini”
“ iya sayang”
“ kamu belum ngantuk, yank”
“ belum”
“ ilham mah ngantuk yank”
“ ya udah tidur atuh, sayang”
“ iya. Besok mau pulang ke serang ga, yank?”
“ iya mau”
“ ilham anterin ya, sayang”
“ ga usah, ga mau ngerepotin kamu”
“ ga apa-apa sayang. Buat kamu apa sih yang ga”

Aku membiarkan sms dari dia karena harus beristirahat karena besok harus kuliah. Ketika pagi tiba sekitar jam 8 pagi dia datang ke kosanku untuk menjemputku dan mengantarkanku ke kampus. Ketika sampai di kampus aku mengobrol dengannya menunggu hingga jam 9 karena aku ada mata kuliah filsafat ilmu. Tapi dosennya berhalangan masuk. Aku melanjutkan obrolan dengannya hingga jam 11 siang. Ketika tibanya jam 11 kami masuk ke kelas masing-masing. Ketika waktu dzuhur telah tiba Ilham datang ke kelasku untuk mengajak sholat dzuhur di masjid kampus kami.

“ sholat yuk, yank”
“ ayo”

Kami berbincang-bincang di perjalanan karena letak masjid sekitar 1 Km dari kelasku. Ketawa bersama pun menjadi warna indah dalam perbincangan kami. Kami pun berwudhu dan kemudian sholat Dzuhur. Setelah sholat dzuhur dia memulai pembicaraan.

“ yank, selesai MK nya jam berapa?”
“ jam 16: 15 wib. Kenapa?”
“ mau ga nungguin ilham, soalnya pulang jam 18:00 ilham mah. Nanti kamu nunggu di kosan aja”
“ iya mau-mau aja sih. Pulang naik bis aja ya. Kasian sama kamu”
“ gak apa-apa sayang. Ayolah ilham anterin ya”
“ iya udah kalau ga ngerepotin kamu mah”
“ ga sayang, ayo bangun” sambil memegang tanganku.

Aku pun merasakan sport jantung karena di pegang olehnya. Astagfirullah. Aku berjalan bersamanya itu seperti pasangan selebritis yang terkenal di kampus kami karena dari teman-teman semester satu mengenal kami. Setiap jalan berdua selalu di ceng-cengin.

“ yank, pacarannya kaya apa aja ya banyak yang ceng-cengin mulu” kataku.
“ iya, yank. Padahal mah banyak ya di kampus yang pacaran tapi biasa aja ga seheboh kita”
“ iya, jadi malu yank”
“ ga usah malu sayang” mengusap kepalaku.

Aku hanya tersenyum saja dan melangkahkan kaki bersama ala anak paskibra. Canda tawa harus berhenti dulu karena kami harus melanjutkan MK. Saling menyemangati dalam belajar pun membuatku sayang padanya. Ketika sampai di kelas teman-temanku mulai menceng-cengin tapi aku membalasnya dengan senyuman. Mata Kuliah sejarah sastra pun di mulai, karena hatiku senang dan bahagia maka mudah sekali menyimak materi yang di sampaikan oleh dosen.

Terbayang senyum manis sang pacar pun membuatku tambah semangat. Waktu pun begitu tidak terasa. Setelah selesai MK sejarah sastra aku dan teman-temanku keluar kelas. Tiba-tiba ilham sudah di depan kelas.

“ pulang yuk, yank” ajaknya
“ katanya kamu pulang jam 6 sore?”
“ dosennya ga ada”
“ oh ya udah. Ayo pulang”
“ ayo, ke kosan dulu kan? Sholat asharnya di masjid agung aja ya, sayang”

Aku hanya mengangguk. Kami pulang menuju kosan karena aku harus pulang ke serang jadinya harus ganti pakaian. Setelah selesai kami pun bergegas untuk pergi ke majid agung lalu pulang ke serang. Di perjalanan aku sibuk smsn dengan temanku anak UI dan tanpa ku sadari ilham memperhatikanku dan mempertanyakan aku sedang smsn dengan siapa.

“ yank, sibuk amat. Smsn sama siapa gitu?”
“ teman”
“ perempuan atau laki-laki, yank?”
“ laki-laki”
“ siapa?”
“ ahing, dia anak UI dulu suka sama asti dan sekarang juga dia masih suka tapi asti jujur ko sama dia kalau sekarang udah punya pacar yaitu kamu”
“ oh, gitu. Ya udah pacaran aja sama dia dan putusin ilham”
“ ko kamu ngomong gitu sih, yank?”
“ ga suka ilham mah, punya pacar smsn sama orang yang suka sama kamu.
Daripada kepikiran dia kamunya ya mendingan pacarin dia aja dan putusin ilham”

Kemarahan ilham pun sulit terkendali. Aku bingung harus bagaimana. Dia benar-benar marah padaku. Aku berusaha untuk menjelaskan semuanya dan meyakinkan dia kalau di hatiku saat ini hanya ada dia seorang. Ketika berhenti di masjid dia meninggalkanku. Aku paham kalau dia marah padaku. Setelah selesai sholat ashar aku duduk di teras masjid sendirian dan jauh darinya. Rasa bersalah pun menyelimutiku. Aku menghampiri ilham dan mencoba untu meyakinkannya lagi.

“ yank, masih marah ya? Maaf ya, tapi cuma kamu yang asti sayang dan ga mungkin pacaran sama yang lain dan mutusin kamu”

Semua kata-kata itu tidak mampu untuk membuatnya membalikan badan dan melihatku. Dengan terpaksa aku meninggalkannya pergi dari masjid berharap dia akan mengejarku. Harapanku pun benar. Dia mengejarku.

“ iya yank, ilham maafin ko. Maaf ya udah emosi sama kamu. Ilham sayang sama kamu” sambil menggenggam erat tanganku.
“ makasih sayang tapi lepasin tangannya malu yank”
“ oh ya sayang, maaf. Yuk pulang”
Aku pun langsung naik motor bersamanya dan ngobrol seperti biasa dengan canda dan tawa hingga sampai ke rumahku.

Penulis adalah Astini Uyun.
Mahasiswi di STKIP Setia Budhi, Rangkasbitung dan anggota di IMALA dan KAMII

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Samudera Hikmah di Balik Tragedi Perang

Banten Hits.com - Saat makan malam dalam acara liburan...

22 Jam Cinta di 22 Januari

Mataku masih saja mencari, seperti anak ayam kehilangan induk...

Kucinta Tanahmu

Engkau, bilang manusia hidup dalam dua sisi yang bertolak...

SAKIT? 3S aja ( Sabar, berusaha, sembuh )

Sakit, bahkan lebih dari sakit. Bangun dari tempat tidur...