Pancasila Menjadi Pajangan di Indonesia

Date:

Tepat 69 tahun yang lalu, sejarah telah tercipta. Dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan suatu pemikiran yang ia beri nama Pancasila. Dalam pidatonya, beliau merumuskan Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia), Internationalisme (Peri Kemanusiaan), Mufakat (Demokrasi), Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima prinsip tersebutlah yang melandasi kemerdekaan Indonesia.

Tepat 69 tahun yang lalu, sejarah telah tercipta. Dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan suatu pemikiran yang ia beri nama Pancasila. Dalam pidatonya, beliau merumuskan Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia), Internationalisme (Peri Kemanusiaan), Mufakat (Demokrasi), Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima prinsip tersebutlah yang melandasi kemerdekaan Indonesia.

Bung Karno, mampu menggali sebuah pemikiran yang telah terserap dari saripati nusantara, suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan sampai datangnya penindasan bangsa lain ketika menjajah bangsa Indonesia. Dari perjalanan panjang tersebut pada akhirnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa Indonesia yang memang berbeda dengan bangsa lainnya.

Bung Karno menganggap, bahwa Pancasila inilah yang akan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia agar tidak terombang-ambing ditengah masyarakat international. Tiap-tiap sila yang mengandung cita-cita yang luhur, dengan Nasionalisme akan ada sebuah nilai persatuan yang kuat dalam jiwa bangsa Indonesia.

Dengan Internationalisme terkandung nilai kemanusiaan, melawan segala bentuk penindasan-penindasan oleh negara kepada negara lain atau Zonder Exploitation de Nation par Nation. Dengan mufakat (demokrasi) terkandung jiwa gotong royong dalam membangun suatu bangsa yang kuat dengan mengedepankan kedaulatan rakyat. Dengan kesejahteraan sosial, bangsa Indonesia akan merasakan suatu masyarakat yang benar-benar merdeka. Nilai ke Tuhanan menggambarkan budaya bangsa Indonesia yang percaya adanya Tuhan, sikap toleransi, mengedepankan etika dan akan tercipta suatu keadaan yang damai serta nyaman.

Namun keadaan hari ini sungguh berbeda, apa yang dicita-citakan seakan mengalami sebuah distorsi. Pancasila yang katanya dasar negara dan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia tidak lagi diimplementasikan dengan baik, bahkan oleh para pengendali negara di bumi pertiwi ini, baik itu oleh Eksekutif maupun Legislative, serta Yudikatif. Pancasila, seakan hanya menjadi “barang rongsokan” rumah yang selalu tersimpan didalam gudang. Bangsa ini pun seolah telah kehilangan arah, tidak lagi memiliki jati diri sebagai suatu bangsa yang besar dan kuat. Hingga akan terpilihnya kembali calon penguasa baru di negeri tercinta ini, tidak ada satupun yang menyatakan secara lantang akan mengembalikan kembali apa yang telah dicita-citakan oleh Pancasila 1 Juni 1945.

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Bung Karno berkata “Bunuh Ideologiku, Maka Miskinlah Rakyatku”.

Penulis adalah: Gusti Rama, Mahasiswa Semester IV di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Latansa Mashiro, Rangkasbitung. Penulis juga adalah Komisaris Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Prodi Akuntansi Latansa Mashiro, Rangkasbitung, Lebak.

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Menikmati Jalur Mudik Lebak

BantenHits - Selama bulan Ramadan saya melakukan kunjungan dua...

Mencari Independensi Media Dalam Pemberitaan Politik

Bantenhits - Peran media dalam panggung politik kontemporer semakin...

Gunung Batu Desa Anti Korupsi

Bantenhits - Beberapa waktu yang lalu, Selasa, 31 Januari...

Geger Sambo dari Perspektif Mahasiswa Komunikasi; Catatan Kritis untuk Perubahan Polri

Mata publik seolah tak pernah berhenti menguntit setiap detail...