Komunitas 1.000 Guru Tangsel, Berbuat untuk Indonesia dengan “Teaching dan Travelling”

Date:

Mereka adalah anak-anak muda yang luar biasa, berani keluar dari zona nyaman dan kungkungan budaya pop yang tengah menggila. Alih-alih memanjakan keinginan dengan wara wiri di pusat belanja atau dunia hiburan, mereka menempuh jalan terjal: mengunjungi pelosok Indonesia untuk mengajar.

Anak-anak muda hebat ini berkumpul dalam komunitas yang mereka beri nama “1.000 Guru Tangsel”, sebuah perkumpulan bagi siapa saja yang ingin berperan aktif untuk mewujudkan tujuan Negara: mencerdaskan kehidupan Bangsa. Mereka yang bergabung menjadi relawan yang dikirim ke seluruh pelosok di Indonesia.

1.000 Guru Tangsel didirikan Jemi Ngadiono di Tangerang Selatan (Tangsel), sebuah kota di wilayah Provinsi Banten. Jemi memiliki motivasi ingin terus memberi senyum kepada anak-anak, khususnya di pedalaman Indonesia.

Berbekal sistem belajar yang fun dan edukatif, Jemi bersama para volunteer kemudian berangkat ke pelosok di wilayah Papua dan Bali. Mereka memberikan pengetahuan dan membagi barang yang berguna untuk para peserta didik.

Kegiatan 1.000 Guru Tangsel ini nyaris seperti kegiatan bakti sosial pada umumnya. Yang membedakan, dengan metode “Teaching and Travelling”, para volunteer tak hanya mengajar dan berkegiatan sosial, melainkan mengeksplor daerah pedalaman Indonesia.

“Di sini kita bukan cuma ngajar kaya guru-guru biasa, tapi juga sekalian ngeksplor daerah-daerah terpencil di Indonesia,” kata Amel, salah seorang relawan di 1.000 Guru Tangsel.

Komunitas ini tumbuh secara alamiah menjadi salah satu wadah bagi anak muda yang ingin memberikan inspirasi kepada anak-anak, khususnya di daerah pedalaman.

Amel mengungkapkan, ia termotivasi menjadi relawan di komunitas ini karena ia dapat mengenal teman-teman baru, berbagi kepada yang membutuhkan, serta mengajar anak-anak yang notabenenya kurang dalam hal pendidikan.

“Berbagi itu indah. Anak-anak itu kesukaan saya. Pengalaman itu segalanya. Mengenal teman-teman baru itu mendapat relasi. Saya mendapatkan keuntungan dari semua itu,” kata Amel.

Menurut Amel, komunitas seperti ini sangat dibutuhkan masyarakat pedalaman Indonesia, mengingat pendidikan di daerah pedalaman sangat kurang tersentuh perhatian pemerintah, mulai dari fasilitas yang kurang memadai, kurikulum yang kurang cocok, hingga guru yang kurang mumpuni.

“Fasilitas guru di Indonesia tidak merata. Guru yang mengajar di kota mendapat fasilitas yang memadai ditambah tunjangan-tunjangan yang menggiurkan. Namun guru yang mengajar di pelosok tidak mendapatkan fasilitas yang lebih memadai,” ucap Amel.

Amel menuturkan, meski guru di pedalaman kurang menguasai teknologi informasi dan komunikasi (TIK) karena kurangnya fasilitas untuk pembelajaran, namun mereka sangat piawai membuat peraga tradisional yang dapat mendukung proses pembelajaran. Bahkan peraga tersebut lebih efektif untuk digunakan pada anak-anak yang kurang akrab dengan TIK.

“Guru di Indonesia khususunya guru yang memberi ilmu kepada peserta didik di daerah pedalaman, masih tergolong sangat sedikit. Namun tingkat kreativitas guru pedalaman dalam membuat suatu karya dari bahan tradisional sangat tinggi. Jarak yang jauh dan fasilitas yang terbatas dengan kendaraan seadanya, serta pendapatan yang minim, tidak menjadi hambatan para guru untuk mengajar,” terang Amel.

Amel mengajak, bagi siapa saja yang berminat menjadi relawan di komunitas 1.000 Guru Tangsel, caranya mudah. Anda cukup mengisi formulir pendaftaran dan menjalani seleksi wawancara mengenai 1000 Guru Tangsel. Jika lolos seleksi, pihak 1.000 Guru Tangsel akan menghubungi Anda, kemudian Anda akan langsung ditugaskan untuk menjadi relawan guru di pedalaman.

“Syaratnya kalo mau join isi form dan jawab pertannyaan yang berkaitan dengan 1.000 Guru Tangsel. Kalo lolos nanti di jarkom.” ujar Amel.

Amel berharap, ke depannya akan lebih banyak komunitas-komunitas seperti 1.000 Guru Tangsel supaya bisa mewadahi orang-orang yang ingin ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menjadi volunteer guru di daerah-daerah yang membutuhkan.

“Makin banyak komunitas seperti ini, makin banyak anak muda yang bisa memanfaatkan waktu luangnya untuk berbagi. Jika tidak berbagi materi, sekedar berbagi ilmu yang kita miliki pun itu sudah sangat berarti bagi anak-anak di pedalaman. Percaya, deh!” ujar Amel.(Rus)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mau Cantik tapi Tetap Syar’i? Mulailah Koleksi Karya-karya Dwi Hapsari Ini!

Berita Tangerang - Bisa terlihat cantik dan syar'i merupakan...

15 Kedai Lokal Siap Unjuk Gigi di Festival Kopi Kabupaten Lebak 14-18 Desember 2022

Berita Lebak - Lebak Ekonomi Kreatif (Leekraf) menggelar festival...

Pakai Trail Kuning, Ini Aksi Eksentrik Sachrudin ‘Nyoride’ bareng Penghobi Motor di Kota Tangerang

Tangerang - Wakil Wali Kota Tangerang, Sachrudin berkesempatan turun...

Restoran Dinasty Berganti Nama Star Kitchen Celcius; Tak Ada Alkohol, yang Ada Makan Sepuasnya!

Cilegon - Restoran Dynasty yang berlokasi di Jalan Sultan...