Banten Hits – Dua pasangan bakal calon gubernur Banten, yakni Rano Karno-Embay Mulya Syarief dan Wahidin Halim-Andika Hazrumy dinilai tidak memiliki perhatian khusus terhadap persoalan perempuan. Akibatnya, posisi perempuan selalu berada di bawah subordinasi kaum laki-laki.
Pernyataan itu disampaikan aktivis perempuan pendiri organisasi Perempuan Lintas (Pelintas) yang juga alumni Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan (Tangsel) Thita Mazya, Senin (17/10/2016). Hal itu disampaikan menyikapi pemaparan visi misi dua pasangan calon yang akan bertarung di Pilgub Banten 2017.
“Saya sangat menyayangkan sekali ternyata dari kedua calon tersebut tidak ada satupun yang memikirkan persoalan kaum perempuan secara khusus,” kata Thita Mazya, Senin (17/10/2016).
Thita menjelaskan, pendidikan politik yang dimiliki perempuan di Banten masih relatif rendah. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan yang terjadi secara umum di Indonesia.
Menurut Thita, keterwakilan perempuan dalam kancah politik masih rendah yang berakibat tidak banyaknya perempuan dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan, perencanaan dan penganggaran pembangunan.
“Dalam proses demokrasi prosedural, karena pemahaman politik yang masih kurang, perempuan dalam menetapkan pilihan masih tergantung suami atau orang tua belum mampu bisa memilih secara bebas dan mandiri,” ungkapnya.
Meski demikian, ia tetap berharap agar kaum perempuan di Banten terus berpartisipasi dalam proses pembangunan dengan mentalitas dan pola pikir mandiri. Di sisi lain pemimpin daerah memberikan timbal balik berupa dukungan pada kepentingan mereka.
“Yang jelas saya tidak mau memilih pemimpin yang tidak berpihak pada perempuan,” pungkasnya.(Rus)
