Tangerang – Dinas Kesehatan Provinsi Banten mencatat hingga Agustus 2017 terdapat 3.560 kasus Hiv dan 1.891 kasus Aids di Banten. Wilayah terbesar yang terjangkit penyakit yang belum ada obatnya ini adalah Tangerang.
Untuk menurunkan penderita, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang telah melakukan berbagai upaya salah satunya membuat landasan hukum untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit tersebut.
“Kabupaten Tangerang telah membuat Perda No. 15 Tahun 2016 tentang Hiv dan Tahun 2017 membuat Peraturan Bupati tentang Hiv,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dr. Desiriana Dinardianti kepada Banten Hits, Rabu (6/12/2017).
Selain itu, pihaknya juga melakukan skema untuk menyaring masyarakat yang beresiko tinggi tertular penyakit ini. Pasalnya, dengan skema itu pihaknya dapat lebih mudah memutus mata rantai penyebarannya.
“Dinkes melakukan Mobile Voluntary Counseling dan Testing (VCT) untuk menyaring kasus HIV pada kelompok resiko seperti pada WPS (wanita penjaja Sex), LSL (laki sex laki), waria, dan lain sebagainya,” tutur Desi.
Untuk mencegah penularan lewat kelahiran, lanjut Desrina, pihaknya juga terus melakukan pemeriksaan ibu hamil di wilayah Puskesmas yang ada di Kabupaten Tangerang.
Untuk penanganan, pihaknya telah membuat Mou dengan beberapa rumah sakit yang dapat menangani penderita HIV. Ia menegaskan penanganan penderita HIV dan Aids berbeda dengan penyakit pada umumnya.
“Ada RSUD Kabupaten Tangerang, RSUD Balaraja, RS Qadr, dan RS Siloam,” katanya.
Ia menghimbau masyarakat untuk dapat menerapkan perlakuan hidup bersih dan sehat. Selain itu, Ia juga berharap masyarakat menerapkan sistem A, B, C, D, E.
“Abstinancy, jangan berhubungan sex sebelum nikah, Be paithful, setia dengan pasangan, Condom, gunakan kondom jika salah satu pasangan terjangkit penyakit, Drug, jangan gunakan Obat-obatan terlarang, dan Equipment, gunakan peralatan medis yang steril di layanan kesehatan,” tandasnya.(Zie)
