Pandeglang – Krisis air bersih Kabupaten Pandeglang mulai berdampak kepada warga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Pandeglang, seperti Kecamatan Picung, Sindangresmi, Munjul, dan Angsana.
Akibat krisi air bersih ini, sejumlah warga di Desa Ciherang, Bungur Copong, dan Kolelet Kecamatan Picung terpaksa menggunakan air kotor di aliran Sungai Cimoyan untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK).
Salah seorang warga Picung, Bambang Ferdiansyah mengatakan hampir seluruh warga menggunakan air kotor yang ada di sungai Cimoyan, menyusul tidak ada sumber air yang bisa di manfaatkan warga akibat kekeringan.
“Yang menggunakan air keruh di Desa Cimoyan itu ada 3 desa. Biasanya air tersebut digunakan untuk mandi dan mencuci. Setiap pagi dan sore bisa kita lihat warga yang menggunakan air tersebut,” kata Bambang kepada Banten Hits, Jumat, 17 Agustus 2018.
Menurut Bambang, aliran Sungai Cimoyan memang biasanya digunakan oleh warga untuk mandi dan mencuci pada saat kekeringan. Namun, saat seluruh warga menggunakannya, air Sungai Cimoyan menjadi keruh dan kotor.
“Hampir puluhan tahun warga menggunakan aliran air di Sungai Cimoyan, tapi dulu airnya enggak sekotor ini,” ujarnya.
Pria yang menjabat sebagai Direktur LBH Tridarma Pandeglang ini menduga, aliran sungai Cimoyan menjadi kotor akibat adanya aktivitas galian pasir di Kabupaten Lebak yang limbahnya di buang ke aliran sungai Cimoyan.
“Kami bersama komponen masyarakat lainnya akan serius mengadvokasi pencemaran yang terjadi di Sungai Cimoyan yang diduga karena limbah galian pasir dari Kabupaten Lebak, sehingga sungai ini bisa digunakan kembali oleh masyarakat secara layak,” tegasnya.(Rus)