Ali Saga, Eks Penderita Kusta yang Sukses

Date:

Stigma negatif dan diskriminasi hingga saat ini masih melekat kepada mantan penderita kusta di Indonesia. Pandangan sinis masyarakat inipun sepertinya hanya dapat terbantahkan oleh kesuksesan. Dalam hal ini, Ali Saga, seorang mantan penderita Kusta di Tangerang sukses menjadi simbol perlawanan bagi stigma yang sudah lekat di masyarakat tentang kusta ini.

Ali menjadi pembukti: mantan penderita kusta bisa memberi kontribusi nyata bagi kebaikan manusia.

Perjuangan menyembuhkan penyakit yang diderita Ali  dan juga penderita kusta lainnya, memang tidak serta merta mengakhiri “hukuman” sosial yang harus didera bersama berjangkitnya virus yang ditemukan oleh Armauer Hansen pada 1873 ini. 

Berawal dari kesadaran untuk berjuang melawan stigma, juga keyakinan, bahwa kesuksesan bukan menjadi barang murah saat ini. Jangankan bagi mantan penderita kusta. Masyarakat yang tak memiliki keterbatasan dan stigmapun, memang tak gampang meraih sukses. Apalagi bagi mereka yang terlanjur dipandang sebelah mata. 

Ali sukses menepis semua keterbatasan. Mantan penderita kusta yang kini tinggal di komplek RS dr Sitanala Tangerang ini, berhasil sukses dengan usaha seni medisnya membantu penderita kusta.

” Diskriminasi yang melekat pada kami memang masih terjadi, tapi semua harus kami kembalikan kepada diri masing- masing. Tuhan punya rencana lain untuk kita, ingat kusta adalah anugerah,” katanya beberapa hari lalu di bulan Februari ini, saat semua manusia memperingati hari kusta sedunia.

Dikatakan Ali, ia sudah menderita kusta sejak masih kecil selama bertahun-tahun ia menjalani pengobatan di RS dr Sitanala hingga akhirnya sembuh. Realitas hidup dan diskriminasi membuat lelaki berambut gondrong ini termotivasi untuk mengangkat derajat mantan dan penderita kusta.

” Kusta tidak menjadi halangan saya untuk berkarya, dengan kemauan, saya berhasil menciptakan karya seni medis prostetic berupa kaki dan tangan palsu. Sejak 7 tahun lalu saya dan teman-teman seperjuangan  terus berupaya untuk meningkatkan kualitas,” tuturnya.

Untuk hasil karyanya, Ali tak mematok harga, apalagi kepada saudara senasibnya. Ia rela hanya dibayar dengan sebungkus rokok, akan tetapi untuk memenuhi biaya produksi, Ali yang masuk dalam sanggar organ prosthetic memberlakukan subsidi silang bagi kaki dan tangan palsu yang dijualnya dipasaran.

Untuk sebuah kaki paslu dipasarkan Ali dengan harga Rp. 6-8 juta  sementara untuk kaki palsu yang di atas lutut dihargai hingga. Rp. 15 juta. Sementara untuk tangan palsu, Ali memasarkan hasil seninya dengan kisaran harga dari Rp.8,5 –  Rp. 11 juta.

Saat ini hasil karya Ali sudah berhasil menyebar di nusantara, bahkan pernah juga mendapatkan pesanan dari luar negeri. Untuk itulah Ali bersama rekan-rekannya saat ini berharap pemerintah dapat memberikan perhatian bagi usaha-usaha yang digeluti para eks kusta yang ada di Indonesia.

” Perhatian pemerintah sangat diperlukan bagi kami untuk mengembangkan usaha. Perhatian, bantuan modal dan pengakuan akan sangat membantu kami meningkatkan derajat dan tarap hidup,” tegasnya.

Ali Saga menjadi pemberi isnpirasi bagi penderita dan mantan penderita kusta untuk terus berjuang membuat mata dunia terbuka. Pengalaman hidup telah berhasil membawa Ali menjadi mapan dalam penghasilan. Ali ingin mengajak khalayak untuk berhenti mendiskriminasi mantan penderita kusta. Berhentilah berstigma. (Rus)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mengenal Ratu Adzra Salsabilah, Anak Berkebutuhan Khusus dengan Prestasi Gemilang

  Lebak- Keterbatasan tidak menyurutkan semangat Ratu Adzra Salsabilah dalam...

Jabat Sekwan DPRD Lebak; Lina Budiarti All Out Dukung Tugas Para Wakil Rakyat

Lebak- Sekretariat DPRD Kabupaten Lebak resmi memiliki sosok pimpinan...

Cerita Kelam JB, Ayah Bupati Lebak Pernah Diteror Rentenir hingga Berjualan Ikan Asin

Lebak- Siapa yang tak kenal dengan Mulyadi Jayabaya. Namanya...