Jakarta, Banten Hits.com – Tingginya harga kedelai, yang merupakan bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe, membuat para perajin menjerit. Harga yang melambung tinggi mengakibatkan para perajin tahu dan tempe, rugi besar.
Aip Syarifudin, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopti), mendesak supaya pemerintah segera menerbitkan peraturan presiden (perpres) dan peraturan menteri perdagangan (permendag) yang mengatur tata niaga kedelai.
Jakarta, Banten Hits.com – Tingginya harga kedelai, yang merupakan bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe, membuat para perajin menjerit. Harga yang melambung tinggi mengakibatkan para perajin tahu dan tempe, rugi besar.
Aip Syarifudin, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopti), mendesak supaya pemerintah segera menerbitkan peraturan presiden (perpres) dan peraturan menteri perdagangan (permendag) yang mengatur tata niaga kedelai.
Aip mengaku setuju jika harga pembelian pemerintah (HPP) ditetapkan setiap bulan sehingga bisa memberikan kepastian harga kepada perajin tempe dan tahu.“Jika hingga akhir Februari aspirasi kami tidak mendapat respons dan keseriusan pemerintah, kami siap menggela aksi mogok berproduksi dan turun ke jalan hingga tui tuntutan dipenuhi,” ujarnya seperti dikutip bisnis.com, Selasa (19/2).
Menurut Aip, dengan tren penurunan harga kedelai di pasar internasional pada awal tahun, HPP untuk perajin ditetapkan Rp6.500 per kilogram untuk beberapa bulan mendatang. Kondisi ini berbeda dari usulan semula yang harganya mencapai Rp7.000 per kilogram saat harga kedelai menanjak pada Agustus 2012.
Dari data yang ada, Aip menyebutkan ada sekitar 100 ribu perajin tahu dari 115 ribu perajin di seluruh Indonesia yang berada dalam kondisi mengutang kepada pedagang dan pengecer. Penyebabnya akibat biaya pembelian bahan baku yang fluktuatif. Padahal, menurutnya, terdapat sekitar 1 juta tenaga yang bekerja di 177 koperasi produsen tahu dan tempe. (Soed/BC)