“Tidak ada kecap Nomor 2 (Dua). Yang ada, Nomor 1 (Satu)”. Buat orang Benteng (sebutan kedaerahan untuk orang Tangerang), istilah itu sangat populer. Istilah itu digunakan untuk meyakinkan pilihan: hanya ada satu yang kualitasnya bagus!
Praktis, dalam setiap momen, terlebih setiap kali ada momentum hajatan politik, istilah di atas sering digunakan untuk meyakinkan audiens atas kualitas jagoan pilihannya. Baik di level tingkat bawah, hingga atas. Mulai dari tingkat RT/RW, Kepala Desa, Bupati/Wali Kota, Gubernur dan bahkan Presiden.
Namun anda perlu tahu, istilah peribahasa ini menjadi populer setelah melalui proses perjalanan sejarah yang panjang. Dan di Tangeranglah tempatnya.
Istilah peribahasa itu bermula dari sebuah pabrik kecap di Jalan Benteng, Nomor 1, Tangerang yang memiliki jaringan distribusi, pasar terluas dan digemari masyarakat.
Kisah ini sebagaimana diceritakan David Kwa dan Gunawan dalam sebuah situs budaya seperti yang diungkapkan Kusmayanto Kadiman, seorang penulis di rubrik kompasiana.
Di lokasi itu terdapat pabrik kecap yang berdiri sejak tahun 1882. Teng Hay Soey, pemilik ‘fabriek’ kecap tersebut. Hingga kini, pabrik kecap yang belakangan memiliki label Istana dan Burung itu dikelola Teng Tek Yan alias Setyadi, generasi keempat Teng Hay Soey.
Dalam setiap kecap kemasan yang diproduksi pabrik tersebut selalu menuliskan Kecap Produksi Jl. Benteng Nomer 1. Tulisan dalam logo setiap botol kecap itu, dianggap terlalu panjang dan sulit dihapal dan diingat.
Seiring waktu, untuk lebih mudah diingat, tulisan dalam logo kecap tersebut dibuat menjadi pendek. Maka jadilah logo tulisan ‘Kecap No. 1’. Ini kemudian diikuti produsen kecap lainya, terutama para pengekor popularitas yang juga latah menuliskan ‘Kecap No. 1’ dalam setiap kecap botol yang diproduksinya.
Istilah Kecap Nomor Satu (1) kemudian populer dalam setiap pembicaraan, dan sudah membumi di semua kalangan. Terutama menjelang Pemilukada, Pilgub, Pileg, hingga Pilpres. Jadilah peribahasa, “Tidak ada Kecap Nomor 2 (Dua) atau bahkan 3 (Tiga). Yang ada, ya Nomor 1 (Satu)”. Setelah membaca tulisan ini, anda boleh percaya atau tidak. Anda sendirilah yang menentukan. (Soed)