Kota “Benteng” Tangerang dalam Lipatan Sejarah (1)

Date:

Hari ini, Kamis, tepatnya 28 Februari 2013, Kota Tangerang berulang tahun. Usianya 20. Meminjam istilah biologi, umur 20 bukan lagi masuk dalam kategori umur anak-anak atau bahkan remaja. Kalau dalam bahasa agama disebut akil baligh alias dewasa.

Memasuki usia yang dewasa, Kota Tangerang boleh dibilang sudah menunjukan tingkat kedewasaannya. Bahasa kerennya “mandiri”. Namun mencapai usia dewasa, bukanlah persoalan mudah. Harus menapaki satu persatu anak tangga hingga akhirnya menuju puncak dewasa.

Lika liku, suka duka dengan segala problematikanya, otomatis selalu mewarnai dalam setiap langkah perjalanan kota yang mengklaim “berprestasi” ini.

Kalau mau sedikit melongok sejarah ke belakang, dulunya Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang. Statusnya kemudian ditingkatkan menjadi kota administratif, hingga akhirnya ditetapkan sebagai kotamadya pada 27 Februari 1993. Dasar hukumnya Undang Undang Nomor 02 Tahun 1993.

Sedangkan hari jadi Kota Tangerang sendiri ditetapkan setiap 28 Februari, dan  sebutan untuk ‘kotamadya’ diganti menjadi ‘kota’  berlangsung sejak 2001.

Sekelumit catatan kecil kali ini, ingin mengajak pembaca untuk mereview ingatan tentang nostalgia Tangerang Dulu, Kini dan Akan Datang. 

Berbicara tentang Tangerang, pasti selalu identik dengan ‘benteng’. Anda mungkin penasaran, kenapa Tangerang selalu mendapat julukan ‘benteng’.

Untuk bisa mengungkap tabir asal usul Tangerang disebut sebagai kota ‘benteng’, dibutuhkan catatan panjang dan literatur yang tak sedikit, terutama menyangkut tentang sejarah perjuangan.

Dalam laman resminya Pemerintah Kota Tangerang, tangerangkota.go.id, dijelaskan, menurut sari tulisan F. de Haan yang diambil dari arsip VOC, resolusi tanggal 1 Juni 1660 dilaporkan jika Sultan Banten telah membuat negeri besar yang terletak di sebelah barat sungai Untung Jawa. Untuk mengisi negeri baru tersebut, Sultan Banten telah memindahkan 5 sampai 6.000 penduduk.

Kemudian dalam Dag Register tertanggal 20 Desember 1668 diberitakan bahwa Sultan Banten telah mengangkat Radin Sina Patij dan Keaij Daman sebagai penguasa di daerah baru tersebut. Karena dicurigai akan merebut kerajaan, Raden Sena Pati dan Kyai Demang dipecat Sultan. Sebagai gantinya diangkat Pangeran Dipati lainnya. Atas pemecatan tersebut Ki Demang sakit hati. Kemudian tindakan selanjutnya ia mengadu domba antara Banten dan VOC. Tetapi ia terbunuh di Kademangan.  (Bersambung)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mengungkap Sebab Kantor Dagang VOC Pertama di Indonesia Didirikan di Banten

Berita Banten - Kapal-kapal dagang Belanda untuk pertama kalinya...

Hujan Mulai Basahi Bumi Banten, Pemprov Bersiap Percepat Musim Tanam Padi

Berita Banten - Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten bersiap...

Menyibak Masa 1696 di Jakarta; Warganya Telah Melek Aksara dan Banten Jadi Penyuplai Buku-buku Agama

Berita Banten - Ahkmat bin Hasba, seorang ulama menyampaikan...

Banteng Banten dalam Kisah Perempuan yang Ambisius Duduki Tahta Kerajaan

Berita Banten - Kronik sejarah Banten tak melulu mengisahkan...