Kisah “Pejantan Tangguh” Taklukan Hutan Mancak nan Perawan

Date:

Banten Hits.com – “Mancaaaak…kami datang,” teriak Rully Chan, salah satu off roaders yang membawa rombongan kami turut menjelajah alam liar ini.

Untuk sampai ke track tujuan, rombongan harus melintasi jalan pemukiman warga yang lebarnya cuma satu meter.

Di tengah jalan, para penggila jeep ini seringkali memelankan laju kendaraan saat berpapasan dengan warga yang mengendarai sepeda motor.

Banten Hits.com – “Mancaaaak…kami datang,” teriak Rully Chan, salah satu off roaders yang membawa rombongan kami turut menjelajah alam liar ini.

Untuk sampai ke track tujuan, rombongan harus melintasi jalan pemukiman warga yang lebarnya cuma satu meter.

Di tengah jalan, para penggila jeep ini seringkali memelankan laju kendaraan saat berpapasan dengan warga yang mengendarai sepeda motor.

Belum lagi ketika berjumpa serombongan ibu-ibu rumah tangga warga setempat yang hilir mudik, selepas bepergian dan pulang menghadiri “kendurian” atau acara keagamaan, seperti pengajian.

Warga di kampung ini memang terbilang sangat kental menjaga nilai-nilai relijius. Selain itu juga sosial-kemasyarakatan.

Jelas terlihat rasa kebersamaan dan persaudaraan itu begitu hangat. Apalagi saat tim kami baru sampai, warga setempat menyambutnya dengan tangan terbuka.

Bocah-bocah, laki-perempuan tampak riang gembira, begitu pun kalangan orang tua saat melihat serombongan Jeep masuk ke wilayah mereka.

“Kami senang, jika banyak tamu datang ke kampung kami,” ujar Karnadi, salah seorang sesepuh di Desa Cikedung yang menjadi guide rombongan kami untuk melanjutkan perjalanan menuju rute yang dituju.

Badan terasa berguncang hebat, saat kendaraan kami melintasi jalan penuh bebatuan, becek dan bahkan berlumpur.

Adrenalin kian terpacu, berdetak lebih kencang saat jalan kian menanjak dan turun.

“Serrrr….jantung rasanya seperti mau copot,” ujar Dede, guide Rully Chan.

Suara ban “pacul” mobil yang mendesing menjadi orkestra pengiring para “pejantan tangguh” menelusuri perjalanan mendebarkan ini.

Setelah menghabiskan waktu perjalanan sekitar 30 menit dari Pasar Mancak, tibalah rombongan di muka hutan.

Sebenarnya perjalanan molor dua jam dari waktu yang diagendakan. Awalnya pukul 09.00 adalah perkiraan tiba di Desa Cikedung, namun baru sampai pukul 11.00 Wib.

“Tapi itulah romantikanya di jalan. Selain karena adanya persoalan teknis, juga sebab off roaders yang ikut dalam rombongan terbilang pemula,” begitu alasan Baba Andi, sang instruktur.

Sebentar kami mampir di pemukiman warga, untuk melakukan persiapan.

Perjalanan yang mengguncangkan, membuat badan ini sedikit terasa letih. Belum lagi “kebelet” dan perut yang keroncongan.

Di rumah warga, ada sejumlah Jeep yang dititipkan dengan alasan tidak siap untuk meneruskan perjalanan. Katana Jimny milik Baba Andi dan Hardtop Haji Jamal.

Katana Jimny milik Baba Andi tidak memiliki double gardan, sedangkan Hardtop Haji Jamal, ukuran bannya terlampau besar, sehingga sulit untuk menerabas jalan di hutan Mancak yang terbilang masih perawan. Perawan untuk kalangan penggila kendaraan Jeep ini, tentunya.

Menurut Baba Andi, track Hutan Mancak ini jarang sekali “disaba” (dikunjungi-red) sehingga wajar dikatakan perawan.

“Track ini kita yang buka pertama kali,” ujar Baba Andi yang mengaku suka berburu dan menembak di hutan itu.

Track ini, katanya, sungguh menantang. Jalanannya setapak dan penuh jebakan-jebakan. Selain batu-batu besar, juga semak belukar. Belum lagi ada sungai yang meski arusnya tak deras, tapi bebatuan besar menjadi medan yang sulit untuk ditaklukan.

“Inilah petualangan dan menjajal kejantanan yang sesungguhnya,” ujar Dion, anggota JCT lainnya bersemangat.

Begitupun pengakuan Haji Ozi, Nurul Cs, off roaders JCT dari Tiga Raksa, Kabupaten Tangerang.

Lain lagi dengan rombongan Jeep asal Serang, Banten yang terkesan menyepelekan dan mengganggap track ini cuma hutan biasa, sehingga mudah untuk dilintasi.

Mulailah penjelajahan. Serombongan kendaraan jeep satu persatu mulai memasuki hutan.

Awalnya terlihat mudah, karena jalanan yang dilintasi tanah becek yang ditumbuhi rerumputan dan ilalang.

Sebuah jeep tiba-tiba terperosok di lubang berlumpur. Padahal belum seberapa jauh rombongan melintas, tapi sudah ada Jeep yang masuk dalam kubangan. Rupanya, jimny asal rombongan Serang, Banten.

Pertunjukan yang jarang terjadi ini menjadi pemandangan “aneh” bagi warga sekitar. Kalangan anak-anak, tua-muda, tumplek menonton.

Sebuah Jimny dari rombongan Serang baru bisa keluar, setelah dibantu dengan menggunakan winch (alat derek-red) yang ada di Jeep.

Baru saja satu keluar dari jebakan batman, tiba-tiba sebuah jimny lagi masuk ke dalam lumpur.

Lagi-lagi, ternyata rombongan dari Serang, Banten yang tampak ingin menjajal track baru yang dianggapnya sepele ini.

Knalpot meraung dan ban berputar-putar, bagian belakang maupun depan, tapi tetap saja Jimny yang dikemudikan salah seorang off roaders itu tak juga bisa melintas, terjebak dalam kubangan lumpur sedalam 1,5 meter.

Terpaksa, salah seorang off roaders yang mengawaki CJ 7 turun tangan membantu. Tapi naas, setir CJ7 itu tampaknya mengalami kendala teknis. Begitupun dengan double gardannya.

Setelah bersusah payah, jimny yang tercebur bisa keluar dari kubangan lumpur berkat ditarik dengan menggunakan winch.

Tiba-tiba rasa gatal yang teramat sangat membaluri tangan dan kaki kami saat tengah mengabadikan momen itu.

Tanpa sadar, ternyata anggota tubuh kita itu menyentuh pohon beracun yang ada di kawasan Hutan Mancak. Warga setempat menyebutnya pohon “bulus”. Siapa saja yang menyentuh pohon itu, maka akan gatal hingga seminggu lamanya.

Pohon itu sebenarnya hampir mirip dengan jenis pohon jarak. Namun daunnya lebih lebar dan panjang. Di setiap daunnya ada semacam duri-duri yang sangat tipis dan halus.

Menurut Karnadi, rasa gatal itu baru hilang setelah diobati dengan lem plester atau isolatif.
“Lem plester atau isolatif ditempelkan di kulit yang gatal, baru duri-duri halusnya yang menempel bisa dicabut,” ujarnya memberi resep.

Rasa gatal itu tak kami hiraukan. Semakin ke dalam masuk ke hutan, perjalanan kian menantang. Melintasi bebatuan besar dan tajam serta licin. Dan inilah santapan para off roaders dengan jeep 4x4nya.

Sebagian rombongan berhasil menembus track medan yang sulit itu. Dibutuhkan taktik dan strategi yang jitu serta memeras otak dan keringat.

Jika asal-asalan dan kurangnya persiapan yang matang, fatal akibatnya. Kondisi ini seperti yang dialami salah seorang off roaders asal Serang. As roda CJ 7 nya patah, sehingga tak bisa melanjutkan petualangan.

Sebuah Jimny yang dikemudikan Cin Ho alias Rudi yang pernah debut di ajang off road Pagedangan, Kabupaten Tangerang tiba-tiba mati mesin. Rupanya, accu (aki-red) jimny yang ditungganginya low batt, sehingga terpaksa didorong.

Baba Andi, sang instruktur terpaksa kembali harus turun tangan dan mengevakuasi mobil secara manual dan bantuan winch dari salah satu off roaders.

Sungguh perjuangan yang melelahkan. Meski begitu, para off roaders tampak begitu puas, apalagi ketika berhasil melewati rintangan yang menantang dan terbilang sulit.

Semakin masuk, rintangan kian menantang dan membuat degup jantung tak beraturan. Batu-batu besar, semak belukar bekas pohon tumbang yang sudah lumutan sudah siap menghadang si “jantan”.

Di depan, dua off roaders JCT, Rully Chan dan Jo lebih dulu berhasil menembus hutan. Tapi, keduanya harus melewati sungai penuh bebatuan. Perlahan terjun ke sungai dan byuuurrr….Jimny yang diawaki Rully nyebur.

Warga yang menonton adegan ini menggelengkan kepala seakan tak percaya. Namun mereka pun bertepuk tangan, riuh terdengar. “Sungguh menakjubkan,” ujar salah seorang warga.

Track inilah yang sangat sulit dilintasi, karena dianggap masih perawan. Air sungai yang jernih dan mengalir tiba-tiba berubah warna menjadi kecokelatan. Bebatuan siap menghadang, dan Jimny Rully pun meraung-raung. Ban depan dan belakangnya berputar, air sungai pun memuncrat.

Baba Andi, sang instruktur dan Dede, guide tampak sibuk menyurvei track berat ini.

Bongkahan batu-batu besar yang menghadang, disingkirkan. Begitupun semak belukar dan ranting-ranting pohon yang melintang di track sungai ini.

Sungai ini tidak terlalu besar. Panjangnya hanya sekitar 1 kilometer. Apalagi aliran airnya tidak mengalir deras. Namun bebatuan besar, serta kedalaman sungai yang tidak merata, menjadi tantangan tersendiri bagi off roaders yang akan menjajal track ini. Dibutuhkan taktik dan kelihaian berkendara untuk menyusuri sungai ini.

Rully tampak berpikir keras. Spontan suara knalpot Jimny-nya kembali meraung. Ban depan dan belakangnya berputar-putar lagi, saat berupaya menerabas bebatuan licin dipenuhi lumut.

Sangat perlahan, namun pasti. Baba Andi, sang instruktur memberi aba-aba dan terus menyemangati.

Winch kembali diulur, dan diiikat di batang pohon atau batu besar, untuk membantu Jimny yang dikendarai Rully Chan agar bisa melintasi track sungai ini.

Sedikit demi sedikit Jimny mulai menerabas dan melawan arus sungai dan bebatuan licin. Aksi spektakuler ini menjadi tontotan mendebarkan bagi warga sekitar. “Awas pak, nanti tergelincir,” teriak salah seorang penonton dari kejauhan.

Ngeeeeng…Jimny Rully pun memburu. Namun cuma suaranya saja yang menggemuruh, sedangkan lajunya tertahan bebatuan.

Baba Andi yang sudah kelihatan letih terpaksa menuntun dengan tali winch yang membentang di tengah sungai.

Sangat pelan. Jimny warna putih itu akhirnya bisa keluar dari sungai.

Ban belakang tiba-tiba terangkat dan berputar-putar. Suara knalpot menderu. Dengan cekatan Rully menginjak pedal pegas, tangan kirinya mengutak-atik memindai tuas double gardan saat jimny yang dikemudikannya harus naik dari sungai yang telah dilintasinya. Lagi-lagi aksi menakjubkan ini menjadi tontotan seru warga sekitar.

Setelah berjibaku sekitar 45 menit, Jimny Rully terangkat dan berhasil menerabas tebing terjal. Tepuk tangan penonton pun memecah kesunyian hutan. “Luar biasa, ini baru tantangan,” ujar Rully puas.

Track yang baru ditaklukan ini diakuinya kali pertama. Sebelumnya ia mengaku hanya baru bisa menyeberangi sungai ini, namun belum melakukan penyusuran.

“Next time, saya akan kembali menjajal track sungai ini. Kalau bisa sampai di ujungnya,” janji Rully menantang.

Sementara itu, satu persatu Jimny lain tampak bersusah payah menyeberangi sungai. Mereka terpaksa tidak menyusuri sungai sebagaimana yang dilakoni Rully.

Keterbatasan waktu dan kurangnya persiapan untuk menaklukan track ini menjadi salah satu alasan para off roaders tidak menerabas track perawan ini.

Off roaders lainya, sebut saja Dion, Ocan, Haji Ozi, Cin Ho alias Rudi, Eman, Nurul dan sejumlah off roaders Serang terpaksa cuma bisa melintasi sekitar 100 meter aliran sungai. Tapi, tantangan mereka untuk bisa melalui track ini tidak bisa dianggap remeh. Setelah dibantu winch, para off roaders berhasil menembus tebing sungai setinggi 1 meter ini.

“Siapa yang mau susu. Ayo ke sini,” ujar Baba Andi kepada anak-anak warga desa Cikedung yang mengerubutinya.

Sejumlah anak-anak mengacungkan tangan, dan satu persatu menerima susu dan makanan yang memang sudah dipersiapkan untuk dibagikan.

Di kampung ujung, sebagian rombongan pun menyempatkan berkunjung. Sekitar 50 bungkus sembako juga disalurkan.

Sungguh petualangan yang melelahkan. Namun rasa letih terasa terbayar, setelah rombongan wisata alam liar ini berhasil melewatinya. Begitu pun, karena kami bisa berbagi kepada anak-anak dan warga di desa yang berada di pedalaman ini.

Malam hari, di desa yang kami singgahi begitu gulita karena terjadi pemadaman lampu.

Menurut warga setempat, pemadaman ini seringkali terjadi. Bahkan hingga beberapa hari lamanya. Pemadaman ini otomatis membuat aktivitas warga di desa tersebut terganggu.

Di desa ini juga masih banyak ditemukan anak-anak yang putus sekolah, karena keterbatasan biaya dan minimnya sarana pendidikan.

Padahal di desa ini terdapat kawasan wisata seperti pemandian air panas. Namun karena belum dikelola secara maksimal, obyek wisata ini tampak terlantar dan kurang diminati.

Ke depan, mereka berharap pemerintah setempat lebih perhatian dan bisa membantu mereka keluar dari keterbelakangan. (soed)

Author

  • Darussalam J. S

    Darusssalam Jagad Syahdana mengawali karir jurnalistik pada 2003 di Fajar Banten--sekarang Kabar Banten--koran lokal milik Grup Pikiran Rakyat. Setahun setelahnya bergabung menjadi video jurnalis di Global TV hingga 2013. Kemudian selama 2014-2015 bekerja sebagai produser di Info TV (Topaz TV). Darussalam JS, pernah menerbitkan buku jurnalistik, "Korupsi Kebebasan; Kebebasan Terkorupsi".

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Bumi Tirtayasa, Tempat Healing Teranyar yang Bikin Segala Penat Ambyar..

Berita Serang - Namanya Bumi Tirtayasa. Memasuki kawasan ini...

Mau Liburan ke Wisata Pantai di Lebak? Balawista Bakal Jamin Keamanan dan Keselamatan Wisatawan

Berita Lebak- Kunjungan wisatawan ke destinasi wisata pantai di...

Sssttt….’Hidden Gem’ di Pelosok Lebak Dipamerkan di Cilograng Festival 10-26 November 2022

Lebak - Pemerintah Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak menggelar Cilograng...