Banten Hits.com – Sejumlah pedagang daging dadakan menjamur di Kota Tangerang, Banten menjelang hari raya lebaran, Kamis besok (08/08).
Tidak seperti pedagang pada umumnya, para pedagang daging dadakan ini menggelar lapak dagangannya di sejumlah titik pusat keramaian, seperti pertigaan dan perempatan jalan raya.
Pemandangan ini sebagaimana terlihat di Jalan KH. Hasyim Ashari, pertigaan Pasar Bengkok, Kecamatan Pinang, Pertigaan Gondrong, Jalan Irigasi, dan juga jalan KH. Ahmad Dahlan, Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang.
Banten Hits.com – Sejumlah pedagang daging dadakan menjamur di Kota Tangerang, Banten menjelang hari raya lebaran, Kamis besok (08/08).
Tidak seperti pedagang pada umumnya, para pedagang daging dadakan ini menggelar lapak dagangannya di sejumlah titik pusat keramaian, seperti pertigaan dan perempatan jalan raya.
Pemandangan ini sebagaimana terlihat di Jalan KH. Hasyim Ashari, pertigaan Pasar Bengkok, Kecamatan Pinang, Pertigaan Gondrong, Jalan Irigasi, dan juga jalan KH. Ahmad Dahlan, Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang.
Hanya dengan menggunakan tenda seadanya ditambah meja, para pedagang daging dadakan ini menjadi pusat perhatian para pengguna jalan dan juga masyarakat yang berburu daging untuk kebutuhan lebaran.
Para pedagang daging dadakan ini sudah berjualan sejak H-3 hingga Hari H lebaran. Rata-rata pedagang yang berjualan merupakan warga sekitar yang juga berprofesi sebagai peternak sapi dan juga kerbau rumahan di kawasan Cipondoh dan Pinang.
Bahkan ada juga dari mereka yang profesinya memang sebagai penjual sate.
Maryasin misalnya, Lelaki asal Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang ini sudah tidak asing lagi dikenal sebagai pedagang daging di lingkungan warga sekitar.
Setiap menjelang lebaran, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, pria yang sudah puluhan tahun terkenal sebagai pedagang sate kambing ini selalu menangguk untung berlipat ganda dari berjualan daging.
Apalagi setiap menjelang lebaran, harga daging yang dijualnya pun terbilang mahal. Berkisar Rp 135 ribu untuk daging sapi dan Rp 150 ribu perkilogram untuk daging kerbau.
Keuntungan yang diperoleh Maryasin berlipat ganda ini, karena daging sapi dan kerbau yang dijualnya berasal dari sapi dan kerbau yang diternaknya sendiri.
Dalam sehari, terutama H-1 lebaran, Maryasin mengaku bisa memotong hingga dua ekor sapi dan juga kerbau.
“Alhamdulillah mas, kalau lebaran gini keuntungan saya berkali-kali lipat,” ujarnya semangat.
Sementara itu, meski harga daging yang dijual terbilang tinggi di pasar daging dadakan ini, namun masyarakat tampak tidak memedulikannya. Apalagi para konsumen, kebanyakan masyarakat sekitar yang merupakan warga pribumi.
Rata-rata mereka beralasan, daging yang dijual merupakan daging baru yang masih segar, terjamin kesehatan dan bahkan yang terpenting kehalalannya.
Makanya tidak heran, untuk meyakinkan pembeli tentang daging yang dijualnya, para pedagang menaruh kaki atau kepala hewan seperti kerbau di setiap lapak dagangannya.
“Kalau saya tidak mau sembarangan beli daging di pasar, makanya saya lebih suka beli daging di pasar kampung begini. Proses pemotongannya jelas, siapa yang motong dan dagingnya pun asli, tidak dicampur-campur,” tutur Somad, salah seorang pembeli.
Hal serupa dikemukakan Soraya, pembeli lainya. Meski harganya lebih mahal ketimbang di pasar pada umumnya, namun ia lebih memilih membeli daging di pasar dadakan yang berada di perkampungan.
“Selain kualitas dagingnya bagus, kehalalannya terjamin,” ungkapnya. (soed)
