Siswa Perakit Robot dari Lebak, Harapan Baru untuk Banten Lebih Baik

Date:

Di tengah derasnya arus pemberitaan soal korupsi di Banten yang tak tanggung-tanggung menyeret pucuk pemimpin nomor satu di Banten, atau berita soal kondisi masyarakat Banten yang masih sangat tertinggal, prestasi siswa Pondok Pesantren Latansa, Kabupaten Lebak berikut ini seolah seperti setitik harapan. Harapan bahwa ke depan Banten bisa menjadi lebih baik.

Di tengah derasnya arus pemberitaan soal korupsi di Banten yang tak tanggung-tanggung menyeret pucuk pemimpin nomor satu di Banten, atau berita soal kondisi masyarakat Banten yang masih sangat tertinggal, prestasi siswa Pondok Pesantren Latansa, Kabupaten Lebak berikut ini seolah seperti setitik harapan. Harapan bahwa ke depan Banten bisa menjadi lebih baik.

Robot-robot yang dipamerkan di Stand Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak pada Lebak Fair 2013, sekilas seperti robot mainan biasa yang dijual bebas di toko mainan. Tapi jangan salah, robot-robot mungil itu bukan mainan merupakan robot benaran yang dibuat oleh siswa/i SLTP, SMA/SMK Pondok Pesantren La Tansa, Cipanas, Kabupaten Lebak.

Robot-robot ini pernah mengikuti kompetisi, baik di kancah nasional maupun internasional. Robot-robot mungil yang perakitannya dilakukan oleh siswa/i Latansa ini pun memiliki kegunaan dan fungsi yang bermacam-macam. Sebut saja, ada robot penghancur sampah, robot pemadam kebakaran dan lain-lain.

“Untuk merakit atau membuat sebuah robot biasanya sesuai dengan tema kompetisi atau event yang akan diikuti. Misalnya, untuk robot NXT, biasanya merakit robot untuk mendeteksi gempa bumi, membaca sensor dan arah,” kata
Faisal Khadafy, siswa kelas V jurusan IPS.

Faisal mengatakan, untuk merakit satu jenis robot dibuthkan waktu yang bervariatif. Misalnya, untuk merakit sebuh robot jenis Milsoulving atau yang lebih dikenal dengan istilah robo-robo dibutuhkan waktu paling lama sepuluh menit. Sedangkan untuk jenis NXT sekitar tiga puluh sampai enam puluh menit, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan.

“Hal yang paling sulitnya mungkin pemasangan komponen-komponen yang memiliki ukuran sangat kecil,” ujarnya.

Sementara siswa lain, Rian kelas V IPS, mengaku saat mengikuti kompetisi atau event, dibentuk menjadi satu kelompok yang terdiri dari tiga orang. Tiga orang tersebut memiliki tugas masing-masing, yakni sebagai perakit, program, dan pembaca medan.

Dan ternyata, hasil-hasil karya mungil ini adalah salah satu ekstra kulikuler robotik multimedia yang dimiliki sekolah tersebut. Kendati prestasinya memang tidak memuaskan di kancah internasional. Namun robot-robot ini sudah dikenal di sejumlah negara, seperti Australia, Korsel, Singapura, dan Malaysia.

Dari sejumlah hasil karyanya, robot-robot ini pernah mengikuti sejumlah kompetisi dan event. Sebut saja, Juara I pada kompetisi robot kategori SMP untuk robot pembaca jalur pada tahun 2013 di UI, juara I untuk SMA di event Inekta 2011, juara I (SMA) pada Obsteckel untuk kategori helicopter, Event Airo Di Univ Tarumanegara 2011 untuk perakitan transporter, dan robot tenaga surya, dan Juara I Kategori Mission Copter (Umum) Kontes robot maranatha (Kroma) 2013 di Univ Kristen Maranatha.(Rus)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mau Tahu Ragam Produk Batik Khas Kota Tangerang? Datanglah ke Kampung Batik Kembang Mayang!

Berita Tangerang - Bagi Anda yang ingin mengetahui ragam...

Mengenal Golok Sulangkar Khas Baduy yang Mematikan: Hanya Bisa Dimiliki ‘Orang-orang Terpilih’

Lebak- Kekayaan alam dan budaya baduy memang seksi untuk...

Akhir Pekan Ala Aleg PKS Banten, Blusukan ke Wilayah Pelosok Lebak hingga Turun Ronda

Lebak- Iip Makmur, Anggota DPRD Provinsi Banten memutuskan untuk...

KPJ Rangkasbitung Rilis Lagu saat Pandemi Corona, Judulnya ‘Jangan Mudik Dulu’

Lebak- Kelompok Penyanyi Jalan (KPJ) Rangkasbitung merilis sebuah lagu...