Membaca Ambisi Kuasa Manusia lewat “Sirkus Kecoa”

Date:

Kecoa adalah binatang kecil yang menggangu. Ia hidup dalam kegelapan, bau, dan menjijikan. Kecoa memakan apapun yang perlu dimakan. Tak peduli sampah atau bukan. Perangainya yang menyebalkan membuat ia perlu ditangkap dan dimusnahkan. Meski sering diburu,  semakin hari populasi kecoa makin bertambah. Itu karena kecoa itu bisa beradaptasi dengan cepat.

Kecoa adalah binatang kecil yang menggangu. Ia hidup dalam kegelapan, bau, dan menjijikan. Kecoa memakan apapun yang perlu dimakan. Tak peduli sampah atau bukan. Perangainya yang menyebalkan membuat ia perlu ditangkap dan dimusnahkan. Meski sering diburu,  semakin hari populasi kecoa makin bertambah. Itu karena kecoa itu bisa beradaptasi dengan cepat.

Lantas, bagaimana jika binatang kecil bernama kecoa itu diasosiasikan menjadi manusia? Maka itulah yang terjadi dalam pementasan berjudul “Sirkus Kecoa.” Kolaborasi antara penyair Toto ST Radik dan pemusik Edi Bonetski cukup membuat para penonton terkesima.

Di teater terbuka Rumah Dunia, Sabtu (26/04/2014) malam, Toto ST Radik membacakan puisi panjangnya itu diiringi dentuman musik perkusi dari sampah-sampah bekas yang diolah dengan apik oleh Edi Bonetski; mulai dari gentong hingga perabotan rumah tangga bertalu-talu mengiramakan ketukan yang harmonis.

Bagi orang-orang yang mengenal Toto, ia memang dikenal dengan puisi-puisi yang lantang, keras dan penuh protes. Pun pada pementasan kali ini. Ia membacakan dengan penuh pergulatan, keras dan sesekali mencekam.

Dalam pembacaannya, Toto menggunakan busana cukup necis, lengkap dengan peci, jas dan dasi. Sebuah simbol yang mudah kita tebak; bahwa apa yang dipakainya mengasosiasikan pada para pejabat kelas menengah.

Hal yang bisa ditangkap pada pementasan “Sirkus Kecoa” adalah sebuah nada satir dari para pejabat kelas menengah yang selalu berkonfrontasi pada pihak-pihak yang mengaku “resi” berprinsip idealis dan seterusnya.

Pada pementasan kali ini, Toto dan Edi berusaha memversuskan antara manusia dan kecoa. Orang yang berprinsip idealis bagi kaum kecoa adalah orang yang mengganggu dan perlu dipersalahkan akibat perubahan hidup pada situasi sekarang. Sementara para kecoa yang sering “hit and run” adalah mindset yang masuk akal di zaman sekarang.

Gaya satir yang didedahkan pada pementasan tersebut merupakan bentuk tamparan keras bagi siapapun yang hidup dengan cara-cara, prinsip dan gaya hidup kecoa. Atau jangan-jangan, kecoa itu adalah kita?

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mau Tahu Ragam Produk Batik Khas Kota Tangerang? Datanglah ke Kampung Batik Kembang Mayang!

Berita Tangerang - Bagi Anda yang ingin mengetahui ragam...

Mengenal Golok Sulangkar Khas Baduy yang Mematikan: Hanya Bisa Dimiliki ‘Orang-orang Terpilih’

Lebak- Kekayaan alam dan budaya baduy memang seksi untuk...

Akhir Pekan Ala Aleg PKS Banten, Blusukan ke Wilayah Pelosok Lebak hingga Turun Ronda

Lebak- Iip Makmur, Anggota DPRD Provinsi Banten memutuskan untuk...

KPJ Rangkasbitung Rilis Lagu saat Pandemi Corona, Judulnya ‘Jangan Mudik Dulu’

Lebak- Kelompok Penyanyi Jalan (KPJ) Rangkasbitung merilis sebuah lagu...