“Menjelma Kelam”
Sore ini
Debur ombak cukup besar
beriringan
bersama matahari yang hendak pulang
“Menjelma Kelam”
Sore ini
Debur ombak cukup besar
beriringan
bersama matahari yang hendak pulang
Laksana senja
Petang menjauhi siang
dan melupakan pagi
Kian jauh
Dan kini menjelma kelam
terus susuri jalanan
Senja di Pesisir
menikam penat
yang terus terulang
debur ombak pun
hanya bisa tertawa keras
berjatuhan hingga hilang
Pandeglang (Pantai Carita), Juli 2014
“Tanggalkan Serpihan Jejak”
Lebam wajah karena amarah
Wajah merah darah panas
Sesumbar angin tanpa ampun
Amarah berjalan susuri tatapan
Dan sesumbar angin malam
Amarah rasuki tulang
Menggigil tak beraturan
Hingga kelopak mawar pun berguguran
Menyisakan batang kerontang
Jejak pilu berserakan sepanjang jalan
Kala lipatan kelam menikam tatapan
Pikiran-pikiran terus merayu
Rasuki urat nadi dalam dunia baru
Menanggalkan serpihan jejak yang berserakan
Bandung, 2014
Penulis adalah: Muhamad Seftia Permana (Vjay). Pernah berstudy di Politeknik Pos Indonesia, Bandung, Jurusan Akuntansi. Penulis juga anggota Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) Perwakilan Bandung.