Banten Hits.com – Ryuji, bayi yang baru menginjak usia lima bulan harus menahan rasa sakit akibat mengidap Atresia Bilier atau kelainan fungsi hati. Sementara itu, kedua orang tua Ryuji, terus berusaha mengumpulkan uang yang sangat besar sekitar Rp1,2 Miliar untuk biaya operasi transpalansi atau pencangkokan hati Ryuji.
Banten Hits.com – Ryuji, bayi yang baru menginjak usia lima bulan harus menahan rasa sakit akibat mengidap Atresia Bilier atau kelainan fungsi hati. Sementara itu, kedua orang tua Ryuji, terus berusaha mengumpulkan uang yang sangat besar sekitar Rp1,2 Miliar untuk biaya operasi transpalansi atau pencangkokan hati Ryuji.
Saat awak media menyambangi rumah Ryuji, di Komplek Pertamina Jalan H.Gadung III RT 06/03 Nomor 114, Kelurahan Pondok ranji Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), perut Ryuji terlihat besar, tidak sebanding dengan ukuran tubuh lainnya yang jauh lebih kecil.
Lutfiani, ibunda Ryuji langsung menggendong sang buah hati saat merengek. Dengan sangat hati-hati, tangan kanan Lutfiani memegang erat kepala dan pundak, sementara tangan kirinya memegang bagian paha dan bokong mungil Ryuji.
“Jangan nangis nak, lihat tuh. Ryu jelek ikh, kalau nangis,” ucap Lutfia membujuk Ryuji agar tidak terus merengek.
Tanpa eksepresi, Ryuji kemudian terdiam. Wajah dan matanya terlihat menguning yang memang menandakan fungsi hati di dalam tubuhnya yang tidak normal.
Lutfia menutrukan, pada Sabtu (14/2/2015) lalu, merupakan hari pertama buah hatinya berada di rumah, setelah sebelumnya selama sembilan hari dirawat intensif di RSCM.
“Selama dirawat di RS, berat badan Ryuji turun sampai 4,2 kg, tapi kembali naik ke 5,2 kg setelah berada di rumah,” kata istri dari Ferry, salah seorang wartawan yang bertugas di Jakarta ini.
Namun, bobot badan Ryuji belum mencukupi untuk bila akan dilakukan operasi. Pasalnya, berat badan Ryuji harus mencapai minimal 9 sampai 10 kg.
“Makanya saya bawa pulang, dan melakukan perawatan di rumah saja,” ungkapnya.
Saat lahir, tanda-tanda menguning memang sudah terlihat pada diri Ryuji. Orang tua Ryuji, mengaku sempat menanyakan ihwal hal tersebut ke dokter tempat dilahirkannya Ryuji, dan meminta dokter untuk melakukan tes darah. Namun kata Lutfia, dokter mengelak, dan hanya menyarankan agar Ryuji sering dijemu saat pagi dan diberi ASI eksklusif.
Saran dari dokter yang dilakukan Lutfia dilakukan, namun tubuh Ryuji justru semakin menguning. Bayi mungil ini kemudian dibawa ke rumah sakit di bilangan Pasar Rebo Jakarta Selatan. Di sana, dokter kemudian mengecek darah Ryuji. Dari hasil cek darah, dokter mendapati adanya kelainan fungsi pada hati Ryuji yang saat itu baru genap satu bulan.
Pada Desember hingga Januari lalu, lanjut Lutfia, warna kulit Ryuji tak juga kunjung normal. Matanya terus menguning, perutnya membesar, dan sering buang air. Orang tua Ryuji akhirnya memilih RSCM untuk penanganan lanjutan.
Saat berada di RSCM-lah, dinyatakan bahwa Ryuji harus menjalani operasi transpalansi hati agar bisa menyelamatkan nyawanya.
“Kata dokter, obat dan vitamin yang diberikan hanya untuk support dan kontrol saja. Untuk membuang cairan-cairan yang berlebihan di tubuhnya,” terang Upi.
Kendati sudah menjadi peserta BPJS dari perusahaan tempat orang tua mereka bekerja namun hal itu seolah tidak memberikan pengharapan pasti. Saat di di IGD RSCM, biaya pengobatan sampai tindakan operasi Ryuji dijanjikan bakal ditanggung. Namun, beberapa hari kemudian, datang seorang petugas lain yang mengatakan berdasarkan Permenkes 59 Tahun 2013, biaya limitasi tarif 25 persen dari total biaya pengobatan.
“Jadi, kalau dokter memprediksi pengobatan dan tindak operasi mencapai Rp 1-1.2 Miliar, yang dicover hanya Rp250 juta saja,” kata Lutfia mengulangi pesan yang disampaikan oleh petugas rumah sakit kepada dirinya.
Dengan dorongan dari teman-temannya, Lutfiani dan Ferri kemudian memberanikan diri untuk membuka donasi untuk biaya pengobatan Ryuji.
“Alhamdulillah, sudah ada sekitar Rp 25 juta,” ucapnya.
Masih kata Lutfia, ia pernah membaca di salah satu suatu media tentang niatan Menteri Kesehatan yang mau membantu. Namun, hingga saat ini belum ada ucapan resmi. Bahkan, menjenguk pun tak kunjung ada.
“Kalau Pemerintah mau membantu, kami akan tutup penggalangan dana ini. Asal cukup untuk biaya operasi anak saya saja,” harapnya. (Nda)