Biarkan Malam tetap Gelap
Teriak parau jiwa risau
Serupa teriak lapar proletar
Sunyi penuntun malam kemarau
Menikam Pikiran Yang terkapar
Malam benar-benar kelam
Ingin rasanya menikam nadi
melipat kembali lembaran
dan senja adalah tatap terakhir
Tiada lagi sambutan senyum Fajar yang menawan
Hening jalanan
menjadi perangkap duka
Menjerat malam dalam kebisuan
bulan pun tak kunjung menyapa Demikian dengan senyum pagi
Karena air mata
jatuh tergesa-gesa
Tak seperti sayatan luka
perlahan kian menganga
Pergilah
Biarkan malam tetap gelap
Bulan sedang asyik
bercumbu dengan Bintang
mungkin selalu berdampingan
Bandung, Agustus 2014
Penulis : Muhamad Seftia Permana (Vijay). Pernah studi di Politeknik Pos Indonesia, Bandung dan anggota Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) Perwakilan Bandung.