Suara burung mekanik yang membentang…
(Memori In Pangkal Pinang)
Membawa terbang ke pangkalan,
Hati yang bergelimang…
Mata yang berkunang,
Karena ditinggal induk semang…
Ego, seketika mengutuk Tuhan
Bermesra dengan durja.
Suara burung mekanik yang membentang…
(Memori In Pangkal Pinang)
Membawa terbang ke pangkalan,
Hati yang bergelimang…
Mata yang berkunang,
Karena ditinggal induk semang…
Ego, seketika mengutuk Tuhan
Bermesra dengan durja
Mencari pelampiasan dalam angan
Berlari lewat ribuan emosi
Menari diantara retorika tanpa tepi
Namun hati tetaplah sepi
Tak mampu obati lirih..
Ini nyanyian kematian !!!
Gemuruh, Guntur membawaku ke awan
Angan-angan berharap punya sayap lalu terbang
Di pangkalan pilu aku bercumbu bertemu sepenggal rindu
Sekalipun sepi masih menepikan fakta abadi
Bung ! kau membangunkan mimpi
Bung ! pinang aku dari sepi
Hilangkan emosi, liri hati lewat lobi-lobi
Hidupkan aku Bung !! Lewat ayat-ayat tuhan
Bung ! Lantunkan dan degarkan aku bangkit dari kematian
Tapi Bung ! kau tak akan menyadari kehidupanku
Biarkan Pangkalpinang menjadi bisu
Penulis adalah: Rela Mutiara Agustiansyah, Mahasiswa STISIP Rangkasbitung, Lebak.