Hari ini, Jumat (17/7/2015) telah ditetapkan sebagai awal bulan Syawal yang berarti Hari Raya Idul Fitri. Hari Kemenangan ini disambut penuh sukacita dan rasa syukur oleh seluruh umat Islam dari berbagai kalangan.
Di Kampung Pasir Malang, Desa Cibojong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, ada tradisi ngariung yang digelar saat malam menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ngariung yang berasal dari Bahasa Sunda berarti berkumpul.
Dalam tradisi ngariung ini, semua masyarakat di kampung membawa makanan yang mereka miliki seperti lauk pauk ke masjid terdekat atau musala. Makanan yang terkumpul ini kemudian dibagikan kembali kepada seluruh warga. Sebelum makanan dibagikan, masyarakat berdoa sebagai rasa syukur.
“Sebelum dibagi-bagi makanan yang kita bawa, terlebih dulu berdoa. Karena berdoa dan bersyukur wajib bagi kita sebagai umat islam,” kata salah seorang tokoh masyarakat Kampung Pasir Malang saat ditemui Banten Hits, Kamis (16/7/2015) malam.
Supaya seluruh masyarakat bisa menikmati makanan yang tidak dia miliki, makanan yang terkumpul dalam acara ngariung dibagikan secara acak kepada masing-masing warga. Dengan cara ini diharapkan kebersamaan masyarakat tumbuh kuat.
“Kalau warga lain gak punya daging, ada warga yang punya. Kan warga yang gak punya bisa kebagian daging,” ujarnya.
Menurut Badudin, tradisi ngariung ini banyak hikmahnya. Selain untuk mempererat silaturahmi antarwarga, ngariung juga mengajarkan sifat berbagi dan menumbuhkan rasa senasib sepenanggungan di antara sesama manusia.
“Tradisi riungan sebagai budaya yang harus kita jaga. Jangan sampai hilang,” ungkapnya.
Tradisi riungan sesungguhnya merupakan salah satu budaya yang ada di Indonesia. Kegiatan ini biasanya dilakukan masyakarat kalangan Nahdiyin (NU), yang kemudikan dilestarikan oleh masyarakat pedesaan.(Rus)