Banten Hits – Hari raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat Muslim yang selama satu bulan penuh melakukan ibadah puasa di bulan ramadan.
Di hari besar umat Islam itu pun, merupakan momen berkumpul bersama keluarga dan kerabat untuk mempererat tali silaturahim.
Namun, indahnya berkumpul bersama keluarga belum juga bisa dirasakan oleh nahkoda kapal penumpang yang melayani penyeberangan di Pelabuhan Merak-Bakahueni. Salah satunya seperti yang dirasakan Dwi Irianto (43).
Nahkoda kapal penumpang PortLink III yang melayani perlintasan Selat Sunda ini, harus rela menunda berkumpul bersama dengan keluarganya untuk merayakan hari raya Idul Fitri pada tahun ini.
“Sejak berlayar tahun 1998, saya sudah tidak pernah bisa merayakan Lebaran dengan keluarga, karena ketika saya memutuskan menjadi Nahkoda kapal untuk pertama kalinya saya tau resikonya akan mengalami hal seperti ini,” tutur Dwi saat berbincang dengan Banten Hits disela-sela mengemudikan kapal Portlink III menuju Pelabuhan Merak belum lama ini.
Nahkoda yang sudah melakukan pelayaran dengan 8 kapal penumpang tersebut mengatakan, menjadi seorang Nahkoda kapal sudah menjadi tanggung jawab dirinya untuk lebih mementingkan para penumpang yang hendak merayakan hari raya di kampung halamannya.
“Karena tugas saya rela untuk tidak berkumpul dengan istri dan kedua anak saya di Semarang. Kalau dibilang sedih, saya sangat sedih sekali tidak bisa berkumpul, tapi namanya tugas kita harus kerjakan dengan sebaik mungkin dan sudah menjadi tanggung jawab,” ungkapnya.
Selain tak bisa berkumpul bersama keluarga di hari Lebaran, menjadi Nahkoda kapal merupakan tanggung jawab besar untuk menjaga keselamatan ribuan penumpang yang berada di dalam kapal yang ia nahkodai, baik penumpang yang akan melakukan penyeberangan menuju pelabuhan Merak-Bakahueni maupun sebaliknya yang melintas di Selat Sunda.
“Saat mejalankan tugas pada arus mudik-balik Lebaran seperti ini, saya harus mengutamakan kepentingan penumpang. Ada kebanggan tersendiri jika menyeberangkan pemudik dengan lancar, selamat dan tepat waktu hingga ke pelabuhan,” ujarnya.
Menurutnya, hal utama yang menjadi prioritas adalah saat mengalami cuaca yang tak sedang bersahabat. Pasalnya, cuaca di perairan di Selat Sunda tidak bisa diprediksi dan sewaktu-waktu bisa berubah. Namun, dalam kondisi seperti itu dirinya memercayakan keselamatan penumpang dan 24 Anak Buah Kapal (ABK) kepada Tuhan.
“Saya percaya Allah selalu melindungi dan salah satu faktor penting keselamatan adalah kerja sama ABK yang berpengalaman dari mulai ruang mesin hingga semua awak kapal di ruang kemudi,” akunya.
Di akhir perbincangan, Dwi mengungkapkan seluruh ABK tidak boleh cuti selama arus mudik H-7 sampai H+7 demi menyukseskan arus mudik Lebaran.
“Ketika kapal sudah lepas dari pelabuhan, seluruh ABK yang saya bawahi selalu siap siaga di wilayah kerjanya masing-masing hingga sampai di pelabuhan,” pungkasnya. (Rus)