Suara tabuhan kendang dan denting saron seperti membuai dan memaksa menghentikan langkah siapa saja yang melintasi Kampung Kadu Ketug, yang merupakan perbatasan Baduy Luar dengan Baduy Dalam.
Kendang dan saron merupakan peralatan musik tradisional yang dimainkan pada hajat-hajat penting suku adat Sunda tersebut.
Sabtu (25/7/2015), Jaro Saija, Jaro Pamarentah yang baru saja menggantikan posisi Jaro Dainah, menikahkan Sarta, putra sulungnya dengan salah seorang gadis dari Kampung Kaduketug Gede.
Wartawan Banten Hits Dian Sucitra yang hari itu hendak melakukan perjalanan menguak kehidupan Baduy Dalam, terpaksa menghentikan langkah. Mendapati pemandangan langka itu seolah seperti kejatuhan durian runtuh. Upacara pernikahan adalah ritual yang langka disaksikan masyarakat luar.
Musik terus mengalun. Kampung terlihat ramai. Beberapa warga suku adat yang sudah mengenal menyapa ramah. Salah seorang di antaranya bahkan berteriak memanggil.
“Hey, De (Dian Sucitra). Pan teu ngabejaan rek kadieu? (Hey De, kenapa tidak mengabari mau datang kemari?)” ujar Jamal, warga Kampung Cicakal yang nampak terkejut dengan kehadiran wartawan Banten Hits.
Setelah pelukan hangat dua sahabat, Banten Hits menjelaskan ingin mengetahui kehidupan di Baduy Dalam, karena berkali-kali mengunjungi wilayah adat, belum pernah berkunjung ke Baduy Dalam. Bersilaturahmi dengan Kokolot Baduy Dalam.
“Tidak usah ke sana besok pagi Jaro Sami (Jaro Cibeo) pasti ke sini,” cegahnya.
Jamal juga menjelaskan, pada saat upacara pernikahan seperti ini, seluruh masyarakat termasuk para Jaro dan Kokolot dipastikan akan hadir. Karenanya Banten Hits disarankan untuk menunggu sampai upacara pernikahan selesai, Senin (27/7/2015) mendatang.
Sebenarnya, prosesi pernikahan suku adat Baduy sangatlah panjang, persiapannya berbulan-bulan, sedangkan acara puncak ditempuh selama tiga hari.(Rus)