Menghadap Pulau Panaitan Suku Baduy Tunaikan Perintah Leluhur di Ujung Kulon

Date:

Menurut kepercayaan Sunda Wiwitan yang dianut oleh warga Suku Adat Baduy, amanat leluhur wajib dilaksanakan, di antaranya adalah perintah untuk menengok petilasan leluhur dan melakukan ritual di tempat tersebut.

Senin (10/8/2015) sembilan orang suku adat tersebut yang dipimpin oleh Jaro Tanggungan 12 Ayah Saidi Putra, melaksanakan amanat yang diperoleh melalui wangsit belum lama ini.

Wartawan Banten Hits Dian Sucitra yang mendampingi rombongan tersebut, memantau setiap gerak perjalanan para pembesar suku Baduy tersebut di Gunung Honje yang terdapat dalam lingkungan Kawasan Nasional Ujung Kulon.

Dari titik tolak di mana rombongan meninggalkan jalan utama desa menuju lokasi “Nengo,” sebenarnya tidak terlalu jauh, kira-kira berjarak 5 KM. Namun medan yang ditempuh menanjak, hingga telapak kaki mereka yang berjalan lebih dulu sejengkal jaraknya dari wajah yang di belakangnya. 

Selain itu, jalur tersebut jarang dilalui manusia. Karenanya, perjalanan terasa berat. Paling tidak dari perspektif Banten Hits.

Belum lagi sampai pada separuh perjalanan, lutut dan pergelangan kaki rasanya hampir terlepas. Kaus dan pakaian dalam telah lengket, menyatu dengan kulit oleh keringat. Namun, karena salah satu rombongan warga Baduy ada yang berusia 80 tahun dan tidak menunjukan tanda-tanda kelelahan, Banten Hits berusaha menggerakan tubuh meski rasa seperti mayat hidup dan tidak fokus seperti orang mabuk.

Jaro Tanggungan 12 Ayah Saidi Putra yang berjalan di depan Banten Hits, beberapa kali melemparkan senyum mendengar dengusan nafas seperti kerbau kehausan. Beruntung di barisan terdepan, Jaro Dainah yang sebenarnya dalam keadaan sakit berhenti meminta istirahat. Dari titik itu, perjalanan ditempuh selama dua jam lebih dengan beberapa kali beristirahat.

Rombongan akhirnya berhenti tepat di depan sebuah batu yang salah satu moncongnya menghadap barat daya. Berdiameter kurang lebih 3 meter, berhimpitan dengan sebuah pohon besar. Tanpa diperintah masing-masing memotong dedaunan berukuran lebar untuk dijadikan alas duduk pada satu titik, masih di hadapan batu tersebut.

Ayah Saidi bertanya pada warga setempat yang juga mendampingi kami di mana letak Pulau Peucang. Setelah ditunjukan, ia mengambil posisi di bawah batu menghadap pulau tersebut.

“Eta nu disalametan ayeuna (itu yang akan kita selamati sekarang),” ujarnya.

Pada saat sang Jaro mulai membacakan mantra-mantra dengan suara setengah berbisik. Di atas kepala kami angin bergemuruh, seperti ada suara putaran baling-baling helikopter yang melambat, lalu hening. Kemudian muncul lalu satu suara yang sama dan hening.

Banten Hits memeriksa asal suara dan mendapati seekor burung di batang pohon. Dari kualitas efek suara kepakan sayap dan jarak pandang, kira-kira burung tersebut sebesar anak remaja dengan sayap lebar, dengan paruh berwarna putih dan kening jendol berwarna kuning, bulu berwarna hitam, dan ekor warna-warni. Burung tersebut seperti mengawasi kami yang datang.

Ritual di bawah batu besar tersebut dilakukan sekira satu jam lamanya. Diisi juga dengan makan nasi bersama bekal dari ladang tanah Kanekes dengan ikan dari laut sekitar Ujung Kulon yang dibakar saat itu juga. Rombongan keluar dari hutan, saat matahari bulat memerah hendak menyapa malam.

Ritual pembesar Baduy itu dilakukan untuk melaksanakan wangsit dari leluhur itu diterima pembesar Suku Adat Baduy seperti Ayah Saidi Putra (Jaro Tanggungan 12), Saija (Jaro Pamarentah), dan Dainah (Mantan Jaro Pamarentah). Salah satu perintah dalam wangsit tersebut adalah mereka harus “nengo”–yang bisa diterjemahkan nengok atau menengok–Gunung Honje di Ujung Kulon.

(BACA JUGA : Ada Tanda Alam Kurang Baik, Suku Baduy Akan “Nengo” Gunung Honje di Ujung Kulon)

Wangsit diperoleh terkait kekeringan yang kini tengah melanda. Bagi masyarakat Suku Adat Baduy, kekeringan merupakan tanda kurang baik bagi bumi. Karenanya mereka harus melaksanakan perintah leluhur yang mereka terima lewat wangsit.(Rus)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mau Tahu Ragam Produk Batik Khas Kota Tangerang? Datanglah ke Kampung Batik Kembang Mayang!

Berita Tangerang - Bagi Anda yang ingin mengetahui ragam...

Mengenal Golok Sulangkar Khas Baduy yang Mematikan: Hanya Bisa Dimiliki ‘Orang-orang Terpilih’

Lebak- Kekayaan alam dan budaya baduy memang seksi untuk...

Akhir Pekan Ala Aleg PKS Banten, Blusukan ke Wilayah Pelosok Lebak hingga Turun Ronda

Lebak- Iip Makmur, Anggota DPRD Provinsi Banten memutuskan untuk...

KPJ Rangkasbitung Rilis Lagu saat Pandemi Corona, Judulnya ‘Jangan Mudik Dulu’

Lebak- Kelompok Penyanyi Jalan (KPJ) Rangkasbitung merilis sebuah lagu...