FFI 2015, Teguh Karya, dan Rano yang Serius

Date:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Panitia Festival Film Indonesia (FFI) dengan Pemerintah Provinsi Banten telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) menggelar FFI di Banten. Penandatanganan dilakukan di bekas Pendopo Gubernur Banten yang kini menjadi Museum Banten.

Gubernur Banten Rano Karno mengatakan, penandatanganan Mou adalah bukti keseriusannya mendukung dunia perfilman Indonesia. Meski kini Rano berada di pemerintahan, Rano yang memiliki latar belakang dunia film, mengaku masih concern terhadap kemajuan industri di Tanah Air.

“Banyak kelompok-kelompok muda kini mulai bergelut di bidang perfilman dan hasil karyanya bisa ditonton di bioskop-bioskop lokal. Ke depan melalui FFI 2015 ini, (semoga) dapat terpacu meningkatkan kualitas perfilman Indonesia khususnya di Banten,” harap Rano.

Namun lebih dari yang diutarakan itu, buat Rano, tujuan digelarnya FFI di Banten adalah untuk mengenang tokoh film legendaris Teguh Karya yang berasal dari Kabupaten Pandeglang. Pada masanya, Teguh banyak meraih Piala Citra sebagai sutradara dan artis yang berangkat dari teater.

MoU pergelaran FFI 2015 ini ditandatangani oleh Sekjen Kemendikbud, Didik Suhardi); Gubernur Banten Rano Karno; Ketua Panitia FFI 2015, Olga Lydia; dan disaksikan langsung sejumlah tokoh termasuk Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) Kemala Atmojo.  

“Pemerintah sejak dulu memperhatikan dunia perfilman di Indonesia, yang mana bisa dilihat pada UU No 33/2009 Tentang Perfilman berada di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu juga sebagai saran promosi film dan barometer prestasi insan film indonesia,” kata Didik.

Didik menambahkan, dari penyelengaraan FFI dua tahun terakhir, kali ini terdapat perombakan sistem penilaian oleh para juri untuk menambah obyektivitas disertai kredibilitas hasil FFI.

“Apalagi para panitia ini kini bekerjasama dengan akuntan publik kelas dunia,” aku Didik.

Hal senada disampaikan Ketua Panitia FFI 2015, Olga Lydia. Menurutnya, film baik untuk membentuk jati diri bangsa. Film dapat menularkan rasa pemersatu dari keberagaman perbedaan budaya. Karenanya, film dalam bentuk hiburan merupakan sesuatu yang dibutuhkan bagi bangsa ini.

“Ke depannya kami akan berjuang untuk memberikan kepuasan terbaik terhadap perfilman Indonesia untuk masyarakat,” ucapnya, seraya berharap Pemprov Banten bersedia memberikan dukungan atas terselenggaranya acara tersebut.

Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) Kemala Atmojo, memberikan Catatan singkat di hadapan puluhan wartawan yang meliput penandatanganan MoU pergelaran FFI 2015 di Banten.

“Festifal Film Indonesia 2015 digelar di Banten. Mestinya bukan menjadi ajang apresiasi dan kompetisi, tetapi menjadi arena diskusi. Beberapa hal yang bisa dibicarakan demi kemajuan fim nasional yaitu, dampak meluasnya penggunaan internet menghantam produsen pita seluloid di luar negeri, kemudian secara masif mengubah pola produksi, usaha post-production, jasa pengadaan dan pada teknologi penayangan di bioskop. Tetapi kemajuan teknologi juga menciptakan peluang baru bagi industri eksibisi dan sebagainya,” terangnya.

Panitia FFI 2015 lainnya, Jajang C Noer mengatakan, yang krusial dalam kompetisi film adalah masalah penjurian. Sejak FFI pertama pada tahun 1955 dilakukan oleh tujuh hingga sembilan orang. Cara itu menimbulkan kegaduhan. Begitu juga di tahun berikutnya juga menimbulkan kecurigaan, bahkan kemarahan.

“Yang mana puncak (kemarahan) adalah para peraih Piala Citra mengembalikan pialanya karena beberapa insan film tidak setuju terhadap pilihan para juri yang memenangkan film Eskul,” jelas Jajang.

Berkaca pada pengalaman itu, pada tahun 2014, BPI melakukan perubahan terutama dalam hal penjurian dengan pembagian dua tahap, yakni tahap pertama dibentuk kelompok-kelompok yang masing-masing beranggotakan lima orang sesuai keahlian masing masing. Misalnya, ada kelompok juri skenario, musik, aktor. 

“Seluruh juri adalah insan film, sehingga total juri menjadi 100 orang. Dengan cara seperti itu diharapkan tingkat obyektivitas bisa dijaga dan tingkat akseptabilitasnya makin besar, juga saatnya bagi insan perfilman indonesia menunjukkan prestasinya,” tegasnya.

Nah, bagi insan film di Banten, pergelaran FFI 2015 adalah peluit “kick off” tanda harus bergegas dengan kreativitas, mengambil peran di kancah film nasional. Jika momentum itu dimanfaatkan, bukan tidak mungkin akan lahir Teguh Karya lainnya di Banten…(Rus) 

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mau Cantik tapi Tetap Syar’i? Mulailah Koleksi Karya-karya Dwi Hapsari Ini!

Berita Tangerang - Bisa terlihat cantik dan syar'i merupakan...

15 Kedai Lokal Siap Unjuk Gigi di Festival Kopi Kabupaten Lebak 14-18 Desember 2022

Berita Lebak - Lebak Ekonomi Kreatif (Leekraf) menggelar festival...

Pakai Trail Kuning, Ini Aksi Eksentrik Sachrudin ‘Nyoride’ bareng Penghobi Motor di Kota Tangerang

Tangerang - Wakil Wali Kota Tangerang, Sachrudin berkesempatan turun...

Restoran Dinasty Berganti Nama Star Kitchen Celcius; Tak Ada Alkohol, yang Ada Makan Sepuasnya!

Cilegon - Restoran Dynasty yang berlokasi di Jalan Sultan...