Kepil Pelabuhan Merak; Menambatkan Tali Kapal Menyambungkan Silaturahmi

Date:

Angin berhembus pelan di Pelabuhan Merak, Kamis (7/7/2016) siang. Suasana cerah. Dari kejauhan samar-samar terdengar kumandang takbir. Suaranya tertutup deburan gelombang. Hari itu adalah hari kedua Lebaran 1437 H.

Momen spesial bagi umat Muslim ini, acap kali digunakan untuk berkumpul bersama sanak keluarga atau berkunjung ke tetangga menyambung silaturahmi. Semua bergembira. Yang bekerja di kota, jauh-jauh hari sebelum Lebaran sudah pulang ke kampung halaman demi hari spesial ini.

Kapal-kapal pengangkut pemudik yang melintasi Pelabuhan Merak-Bakahueni tampak hilir mudik. Saat kapal-kapal dengan bobot berton-ton ini hendak bersandar, dengan cekatan tangan Tono Sumarno (45), menarik tali kapal lalu menambatkannya ke dermaga. Orang-orang yang pekerjaannya seperti Tono ini lazim disebut kepil.

Tono Sumarno adalah satu dari sekian banyak kepil di Pelabuhan Merak. Mereka setiap hari menambatkan tali-tali kapal supaya para pemudik bisa berkumpul dengan sanak keluarga, merayakan hari yang istimewa. Meski sukses membuat orang-orang bisa berkumpul dengan keluarga, namun Tono dan kepil Pelabuhan Merak lainnya justru tak pernah merasakan nikmatnya Lebaran bersama keluarga.

Tugas yang mereka emban mengharuskan mereka jauh dari keluarga, tak terkecuali di hari Idul Fitri. Mereka harus rela membuang jauh-jauh rasa kangen mereka kepada keluarga demi tanggungjawabnya sebagai penarik tali kapal. 

“Dibilang kangen pasti kangen dengan keluarga di kampung. Tapi namanya sudah tugas ya harus di jalani dengan tanggungjawab,’ kata Tono kepada Banten Hits, Kamis (7/7/2016) di Dermaga Dua Pelabuhan Merak. 

Dalam kesempatan itu, pria asal Jawa Tengah ini menjelaskan bagaimana alur kerja dia setiap harinya. 

“Pada saat kru kapal melempar tali tambang kapal, langsung saya dan rekan lainnya tarik tali tersebut. Area kerja sekitar border atau tempat diikatkannya tali kapal ke dermaga saat sebelum kapal sandar dan sebelum kapal berangkat,” jelasnya.

Menurutnya, tugas berat yang harus ia emban bersama kepil lainnya di Pelabuhan Merak ini terbentuk dalam satu regu kepil atau mooring service. Ketika musim mudik seperti saat itu, waktu yang ia jalani untuk mengaitkan tali kapal pada border dermaga lebih cepat dibandingkan hari biasanya.

“15 menit harus segera terpasang tali kapal ke border. Waktu ini dipersingkat mengingat bongkar muat kapal juga dipercepat untuk mengurai antrean di pelabuhan ketika arus mudik tiba,” urainya.

Yusuf, kepil Pelabuhan Merak lainnya mengatakan, pekerjaan sebagai mooring service tidak bisa dilakukan sendiri, pasalnya dengan bobot tali kapal yang berkisar satu ton tersebut harus ia tarik dalam waktu singkat untuk dikaitkan ke border agar kapal dapat sandar di dermaga dengan aman.

“Ada empat tali yang dibagi di haluan dan buritan kapal yang bobotnya hampir satu ton dengan panjang 15 meter. (Tali itu) harus dikaitkan ke border untuk membuat kapal aman saat sandar di dermaga pelabuhan,” ujarnya.

Yusuf mengatakan, dengan menjadi seorang kepil dirinya merasa bangga karena tugas yang ia kerjakan adalah salah satu tugas yang penting dalam proses menyeberangkan penumpang yang hendak mudik di kampung halaman melalui Pelabuhan Merak.

“Semoga para pemudik dapat sampai tujuan dengan selamat. Setelah Lebaran tiga hari, baru saya mendapat cuti dan bisa pulang ke kampung halaman untuk bertemu dengan istri dan anak. (Rus)

 

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mengenal Ratu Adzra Salsabilah, Anak Berkebutuhan Khusus dengan Prestasi Gemilang

  Lebak- Keterbatasan tidak menyurutkan semangat Ratu Adzra Salsabilah dalam...

Jabat Sekwan DPRD Lebak; Lina Budiarti All Out Dukung Tugas Para Wakil Rakyat

Lebak- Sekretariat DPRD Kabupaten Lebak resmi memiliki sosok pimpinan...

Cerita Kelam JB, Ayah Bupati Lebak Pernah Diteror Rentenir hingga Berjualan Ikan Asin

Lebak- Siapa yang tak kenal dengan Mulyadi Jayabaya. Namanya...