Banten Hits – Penetapan nilai ganti rugi untuk warga korban gusuran pembangunan runway 3 Bandara Soekarno Hatta Tangerang yang telah dikeluarkan PT Angkasa Pura (AP) II telah memicu penolakan warga terhadap proyek itu. Padahal sebelumnya warga telah menyatakan kesiapannya mendukung program pemerintah itu sepanjang ganti ruginya manusiawi.
Sosialisasi penetapan harga yang dilakukan PT AP II, Kamis (10/11/2016) diwarnai aksi walkout warga setelah keberatan dengan nilai ganti rugi sebesar Rp 400.000 per meter yang masih jauh dari standar ganti rugi yang diinginkan warga.
BACA JUGA: Kebijakan AP II soal Pembebasan Lahan Runway 3 Seperti Zaman Orba
Wartawan Banten Hits Maya Aulia Apriliani melaporkan, penolakan warga terhadap ganti rugi yang tak manusiawi ditumpahkan lewat spanduk-spanduk yang dipasang di jalan-jalan utama hingga gang sempit di Desa Rawa Burung, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang.
Yusuf (48), warga Kampung Kresek, Desa Rawa Burung mengatakan, masyarakat memang tidak ingin PT AP II bersikap semena-mena terhadap masyarakat Rawa Burung.
“Ini bentuk ekspresi kami sebagai masyarakat pemilik lahan, bentuk kekhawatiran kami terhadap sikap semena-mena AP II,” katanya, Rabu (17/11/2016).
Senada dikatakan Ade (22), warga Kali Baru, Desa Rawaburung. Menurutnya, spanduk-spanduk itu turut dipasang pemuda-pemuda di desa itu sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan AP II yang tidak pro rakyat.
“Ini bentuk kekecewaan kami sebagai pemuda terhadap kebijakan AP II yang tidak pro rakyat, ngasih ganti rugi seenaknya,” ujarnya.
Ade mengaku mengetahui perihal harga tersebut Dari masyarakat Bojongrenged yang sudah lebih dulu diumumkan.
“Kami tahunya dari masyarakat Bojong Renged, memang itu sudah hasil itung-itungan tim appraisal tapi tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kasian nanti kalo masyarakat ngejual rumah enggak kebeli rumah,” ucapnya.
Ia berharap bentuk ekspresi masyarakat ini dapat didengar tim pembebasan lahan PT AP II supaya ada keadilan dalam pemberian ganti rugi teradap masyarakat korban gusuran Bandara Soekarno Hatta.
“Kalau masyarakat sudah berani mengeluh itu artinya sudah gawat. Bila omongan penguasa tidak boleh dibantah, kebenaran pasti teracam. Revolusi terjadi karena keresahan bersama. Saat ini sudah ada keresahan bersama tentunya akan ada perlawanan dari masyarakat,” tegasnya.(Rus)