Lebak – Front Aksi Rakyat Banten (Fakrab) mengutuk keras pembantaian terhadap etnis Muslim Rohingnya, di Distrik Rakhine, Myanmar. Presidium Fakrab Hendayana Musalef menilai, kejahatan kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingnya merupakan konflik geopolitik.
“Khususnya pertarungan kuasa dan kekuasaan di daerah Arakan-Rakhine yang dihuni masyoritas etnis Rohingnya yang diduga kuat didasarkan pada perebutan secara paksa, tanah dan sumber daya, khususnya minyak dan gas,” kata Yana, kepada Banten Hits, Senin (4/9/2017).
Kata dia, berdasarkan laporan penginderaan secara satelit oleh UNOSAT maupun HRW, terdapat pola-pola (patterns) serangan terhadap desa-desa etnis Rohingya yang memang telah ditargetkan. Insiden serangan dengan menargetkan wilayah-wilayah yang dihuni etnis Rohingya pada tahun 2013, kemudian 2016 dan semakin menguat di tahun 2017 ini dengan intensifikasi jumlah korban dan jenis kekejian yang dilakukan.
Yana menyebut, blok-blok minyak dan gas di daratan Arakan memiliki cadangan sebesar 1,744 triliun kaki kubik gas dan 1,569 miliaar barel minyak yang beberapa blok di antaranya jatuh tempo kontraknya pada tahun 2017 ini.
“Itu salah satu cara untuk menutup operasi biadab para kapitalis guna menguasai sumber daya. Mereka slalu melakukan cara cara yg menjijikkan, operator-operator kapitalis membungkus dan menutupnya dengan konflik antar etnis, antar agama, antar kelompok masyarakat dengan tujuan agar akar maupun persoalan sebenarnya menjadi kabur dan tersamar,” paparnya.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melakukan aksi solidaritas kemanusiaan dan misi bantuan kemanusiaan terhadap etnis Rohingya. Termasuk melaksanakan salat gaib bagi para para korban tewas.
“Kita doakan mereka, saudara kita, satu agama yang justru menjadi korban. Apa yang kita bisa, lakukan untuk membantu merekaa,” pintanya.(Nda)