Tangerang – Lilin-lilin berwarna merah dengan berbagai ukuran merupakan salah satu perlengkapan yang menghiasi vihara dalam menyambut Tahun Baru Imlek. Lilin-lilin tersebut dimaknai sebagai penerangan bagi jalan kehidupan umat manusia.
Menjelang perayaan Imlek, perajin lilin dipastikan bakal kebanjiran pesanan. Salah satunya, seperti Ko Ase, perajin lilin di Kampung Kebon Kopi Gupo, Desa Kampung Melayu Timur, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang.
Ko Ase mengaku, jelang Imlek, produksi lilin meningkat signifikan hingga 50 persen. Orderan mulai masuk, satu bulan jelang Imlek. Dalam sehari, ribuan batang lilin yang dipesan berbagai ukuran diproduksi.
“Ada yang ukuran kecil seperti lilin biasa, ada juga yang paling besar biasanya untuk di vihara,” katanya, Kamis (15/2/2018).
Untuk harga tentu bervariasi tergantung dengan seberapa besar ukuran lilin yang dipesan. Mulai dari Rp15.000 hingga Rp15 juta. Dirinya mengaku, berkah Imlek membuat omzet yang diraihnya pun meningkat hingga 300 persen dari hari-hari biasanya.
“Kita pasarkan sesuai pesanan, tapi yang paling banyak pesan biasanya di daerah yang memang banyak umat Tionghoanya, ada yang untuk dijual kembali, ada juga yang memang untuk vihara,” ungkapnya.
Kok Ase menuturkan, proses pembuatan lilin tidak lah begitu sulit. Bahan-bahannya terdiri dari parafin, lemak minyak goreng, dan sisa pembakaran lilin lainnya.
“Semua bahan dipanaskan, lalu setelah cair dan tercampur dimasukkan ke dalam cetakan lilin lalu dijemur untuk dikeringkan,” ujarnya.
Lie Supriyadi, salah seorang pelanggan Ko Ase mengaku, setiap tahun ia memesan di tempat tersebut. Selain mempunyai kualitas yang bagus, harganya pun dirasa lebih murah.
“Saya memang selalu pesan di sini untuk dijual kembali. Saya juga ada altar di rumah , jadi sekalian untuk dipakai sendiri juga,” tuturnya.(Nda)