Tangerang – Mayoritas anggota gerakan #2019GantiPresiden di Banten disebut merupakan warga Nahdlatul Ulama atau NU kultural, yakni warga NU yang tak memiliki kartu anggota NU, namun menjalankan kebiasaan ibadah sehari-hari sesuai kebiasaan NU.
Hal tersebut diungkapkan Koordinator Gerakan #2019GantiPresiden Banten Sudrajat Syahrudin dalam wawancara by phone dengan Banten Hits, Kamis malam, 23 Agustus 2018.
“Saya juga agak bingung. Kriteria orang NU dilihat dari sudut pandang yang mana? Apakah dia yang dikatakan NU itu memiliki KTA (kartu tanda anggota) lalu dia ikut pengkaderan di organisasi NU, atau (seseorang disebut warga NU dilihat) dari sudut pandang dari cara ritual pelaksanaan ibadah,” kata Sudrajat.
Jika penyebutan warga NU merujuk ke sudut pandang kedua, lanjutnya, maka warga NU kultural yang tak memiliki KTA jumlahnya jauh lebih banyak di Banten dibanding yang memiliki KTA.
“Jadi kalau kriterianya (disebut warga NU) dari cara ritual beribadah, (yaitu) NU kultural, maka saya bisa katakan mayoritas mereka yang terlibat dalam gerakan #2019GantiPresiden adalah orang-orang NU,” ungkap Sudrajat.
Sebelumnya, saat merespons pemberian kartu anggota NU oleh Ketua PBNU Said Aqil Siroj untuk Prabowo Subianto, Sudrajat menyebut sikap Said mencerminkan NU sebagai organisasi Islam terbesar yang terbuka dan tidak ekslusif.
Sebagai warga NU kultural di Banten, Syahrudin menyambut baik pemberian kartu tanda anggota NU untuk Prabowo Subianto.
“Secara pribadi sebagai warga NU kultural saya sangat menyambut baik atas terbitnya Katanu bagi pak Prabowo. Suka maupun tidak suka, adalah sebuah fakta bahwa NU merupakan ormas Islam terbesar direpublik ini,” jelasnya melalui pesan singkat kepada Banten Hits, Jumat, 17 Agustus 2018.
“NU memiliki peran strategis dalam menjaga moral bangsa. Seingat saya, Pak Prabowo mengurus katanu (kartu tanda anggota NU) ini tidak ujug-ujug saat beliau mendeklarasikan diri sebagai capres, melainkan beliau mengurus katanu ini sejak dua tahun lalu,” paparnya.(Rus)