Tangerang – Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang menutup Festival Cisadane 2018. Sabtu (1/9/2018) malam.
Bantaran Sungai Cisadane atau tepatnya di Jalan Benteng Jaya yang menjadi pelaksanaaan event tahunan tersebut dipadati masyarakat yang ingin menyaksikan langsung penutupan festival yang juga dihadiri pejabat Melaka, ibukota negara bagian Melaka, Malaysia.
BACA JUGA: Tarif Parkir Festival Cisadane Dikeluhkan, Warga: Mereka Minta Uang Parkir Apa Malak?
Padatnya kendaraan, baik yang akan menuju lokasi festival maupun warga yang beraktivitas di malam akhir pekan menimbulkan kemacetan yang meningkat dua kali lipatdi sejumlah ruas jalan.
Wartawan Banten Hits Maya Aulia melaporkan, kemacetan terjadi mulai dari Jalan Merdeka tepatnya di depan Ramayana Cimone arah Jalan KS Tubun. Kendaraan hanya mampu berjalan 5-10 km/jam.
Kemacetan juga terjadi di ruas Jalan Daan Mogot menuju Jalan dr. Sitanala hingga ke Jalan Marsekal Suryadharma akibat pertemuan arus kendaraan yang akan menuju Jalan KS Tubun. Begitu juga di Jalan Pembangunan III hingga ke Jalan Marsekal Suryadharma, kendaraan bertemu kembali dengan Jalan Sitanala.
Sayangnya, di tengah kepadatan lalu lintas, tidak terlihat petugas kepolisian yang mengatur. Hanya terlihat beberapa petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tangerang, namun tidak efektif mengurai kepadatan.
Thalia (35) salah seorang warga Cimone yang hendak pulang usai bekerja di Jakarta Barat mengaku bingung memilih jalan untuk menghindari macet.
“Saya mau pulang ke Cimone, ini dari Jakbar aja sampai satu jam mentok di depan Polres Metro Tangerang, saya harus lewat mana?,” tanyanya.
Seharusnya kata dia, gelaran pesta rakyat dapat dipertimbangkan dengan matang agar tidak merugikan masyarakat yang juga beraktivitas pada akhir pekan.
“Saya enggak masalah mau ada festival apa juga. Masalahnya, saya yang enggak bisa nikmatin, kerja di hari Sabtu, capek, harus kena macet juga gara-gara acara begini,” ketusnya.
Hal senada dikatakan Safrudin (40), salah seorang warga Jatiuwung yang juga berharap Pemkot Tangerang bisa mengevaluasi kegiatan pembukaan maupun penutupan acara tersebut.
“Kenapa harus hari Sabtu kalau penutupannya malam? Sabtu itu enggak ada festival aja daerah Pasar Lama uda macet, ditambah lagi ada festival yang memang untuk parkir sempit, ruas jalannya sempit, kalau mau hari Sabtu ya di puspem (pusat pemerintahan) gitu loh penutupannya yang luas, yang enggak ganggu mobilitas orang,” tutur Safrudin.(Nda)