Tangerang – Bullying atau perilaku agresif disengaja dengan kekerasan baik secara fisik maupun verbal kini tak lagi dilakukan di dunia nyata. Perilakunya seiring dengan perkembangan teknologi sudah bergeser dilakukan di dunia maya dengan penggunaan media sosial.
Kemudahan seseorang membuat akun media sosial untuk beriteraksi justru tak sedikit disalahgunakan untuk melakukan tindakan bullying terhadap orang yang tidak ia sukai, terutama di kalangan remaja.
Psikolog, Wirdatul Aini menjelaskan, perilaku bullying didasari pada perlakuan orang-orang yang mudah memamerkan hal-hal yang pribadi ke media sosial.
“Era ini berubah dari zaman dulu harus dipahami pergeseran era dan generasi dulu hanya dipakai untuk cari info sekarang masuk ke smart society dengan era digital,” kata Aini, saat diskusi publik Cyberbully di, TangCity Mall, Selasa (23/10/2018).
Menurut Aini, unggahan berisi konten gerakan tubuh atau sensualitas, lebih banyak mengundang sexual bullying terhadap pengunggahnya. Maka dari itu, pemilihan konten yang akan di upload bisa menjadi salah satu cara untuk menghindari bullying di media sosial.
“Bentengi diri untuk bisa pahami mana konten yang baik dan tidak untuk disebarkan, karena apa yang diupload ini bisa jadi pemicu para netizen yang nyinyir,” kata Aini.
Sementara itu, Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak DP3AP2KB Kota Tangerang, Irna Rudiana mengatakan, pihaknya kini tengah mendalami cyberbully yang marak terjadi. Terlebih lagi, Kota Tangerang merupakan kota urban yang terdiri dari berbagai macam masyarakat.
“Sampai Agustus 2018 ada 72 kasus yang terlaporkan, tapi untuk kasus cyberbully sedikit, mungkin karena kesadaran melaporkan ini tidak disadari pola komunikasi dari masyarakat,” ungkapnya.
Sosialisasi mengenai cyberbully sudah beberapa kali dilakukan DP3AP2KB bersama Satpol PP.
“Kita harap masyarakat tidak takut melaporkan langsung ke P2TP2A di masing-masing wilayah, terlebih kalau memang bullying tersebut sudah mengganggu kehidupan,” katanya.(Nda)