Enam Mahasiswa Untirta Tersesat, Sejarah Ungkap Gunung Pulosari Pusat Kekuatan Batin Pendahulu Banten

Date:

Puluhan Pendaki Melakukan Pencarian Enam Mahasiswa Untirta Hilang di Gunung Pulosari
Relawan yang turut melakukan pencarian enam Mahasiswa Untirta hilang di Gunung Pulosari mendapatkan pengarahan dari Basarnas Banten. (BantenHits.com/ Engkos Kosasih)

Pandeglang – Enam mahasiswa Untirta hilang setelah tersesat saat mendaki Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Jumat, 9 November 2018. Mereka baru bisa ditemukan setelah dua hari dalam kondisi lelah.

Jujun (18), satu dari enam mahasiswa yang tersesat mengungkapkan, dia bersama teman-temannya selama dua hari hanya meminum air putih. Mereka pun tidur dengan cara berpelukan karena tak membawa perlengkapan.

BACA JUGA: Mahasiswa Untirta yang Hilang di Gunung Pulosari Ungkap Kisah Selama Tersesat

Dalam kronik sejarah Banten, Gunung Pulasari adalah salah satu titik sentral, selain Banten Girang. Beragam penemuan benda bersejarah yang berasal dari zaman relatif kuno membuktikan, di tempat ini telah berdiri kerajaan sebelum Islam.

Gunung Pulasari adalah gunung berapi yang terletak di Kabupaten Pandeglang. Walaupun tidak ada data letusan yang pernah terjadi, tapi terdapat aktivitas fumarol yang terjadi di dinding kaldera dengan kedalaman 300 meter.

Syahdan, di tempat ini bermukim seorang penguasa bernama Pucuk Umun, yang tak lain adalah Raga Mulya yang merupakan raja terakhir Kerajaan Sunda yang beribukota di Pakuan Pajajaran. Nama ini dalam naskah Wangsakerta disebut juga sebagai Prabu Suryakancana, sedangkan dalam Carita Parahiyangan dikenal dengan nama Nusya Mulya.

Prabu Suryakancana tidak berkedudukan di Pajajaran, tetapi di Pulasari, Pandeglang. Oleh karena itu, ia dikenal pula sebagai Pucuk Umun (Panembahan) Pulasari (mungkin raja ini berkedudukan di Kaduhejo, Kecamatan Menes pada lereng Gunung Pulosari).

Dalam buku “Banten; Sejarah dan Peradaban Abad X – XVII”, Claude Guillot tak menceritakan soal Pucuk Umun. Guillot hanya menjelaskan pembuatan candi Siwa bergaya Jawa di atas gunung keramat Pulosari berbarengan dengan pembangunan komplek Istana Banten Girang

Menurut Guillot, dalam bukunya, “Banten; Sejarah dan Peradaban Abad X – XVII” kebersamaan waktu antara pendirian komplek istana Banten Girang dengan pembangunan candi Siwa di Pulasari pada abak ke-10 dengan gaya Jawa, membawa hipotesis hubungan Banten Girang dengan Pulasari.

Yang menarik dari hasil penggalian fakta sejarah di atas adalah soal Gunung Pulosari yang menjadi pusat perkembangan agama saat itu, baik berdasarkan penemuan arca Caringin, maupun penemuan Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Lebak.

Karena Pulasari merupakan titik sentral religi, itulah kenapa Sunan Gunung Jati dan anaknya Hasanudin menjadikan Gunung Pulasari saebagai tujuan utama perjalanan mereka sesaat setelah mampir di Pelabuhan Banten.

Disebutkan dalam Sajarah Banten seperti dikutip Guillot, Gunung Pulosari merupakan gunung keramat kerajaan Banten Girang, sehingga penting bagi mereka untuk menaklukkannya secara batin negeri yang mereka incar sebelum merebutnya secara militer.

Hal itu terbukti setelah di penghujung tahun 1526, dengan bantuan dari dalam oleh Sunan Gunung Jati, putranya Hasanudin dan terutama Ki Jongjo, salah seorang petinggi kota yang menjadi mualaf dan memihak kepada kaum Islam, pasukan Demak merebut pelabuhan Banten kemudian ibu kota Banten Girang.

Pemimpin kota ini yang dinamakan “Sanghyang” oleh penyusun sejarah Portugis Barros, baru saja meninggal dan mungkin peristiwa inilah penyebab melemahnya perlawanan militer.

Dinasti Islam menempati Banten Girang, yang tetap menjadi negara bagian dan jatuh kembali ke dalam kekuasaan Jawa. Demak mengangkat Hasanudin sebagai pemimpin. Ia memerintah selama beberapa tahun di Banten Girang sebelum ayahnya, yaitu Sunan Gunung Jati, memerintahkannya untuk memindahkan istana ke pelabuhan Banten.

Kaitan Gunung Pulosari dan Banten Girang dalam sejarah Banten, sudah kami ulas sebelumnya dalam rubrik Babad Banten. Pembaca bisa mengaksesnya di sini: Gunung Pulasari; Kunci Penaklukkan Banten Girang oleh Sunan Gunung Jati.(Rus)

Author

  • Darussalam J. S

    Darusssalam Jagad Syahdana mengawali karir jurnalistik pada 2003 di Fajar Banten--sekarang Kabar Banten--koran lokal milik Grup Pikiran Rakyat. Setahun setelahnya bergabung menjadi video jurnalis di Global TV hingga 2013. Kemudian selama 2014-2015 bekerja sebagai produser di Info TV (Topaz TV). Darussalam JS, pernah menerbitkan buku jurnalistik, "Korupsi Kebebasan; Kebebasan Terkorupsi".

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Imbauan KASN untuk Tim Sukses Sekda Kabupaten Tangerang Moch Maesyal Rasyid

Berita Tangerang - Komisi Aparatur Sipil Negara atau KASN...

KASN Tegaskan Sekda Kabupaten Tangerang Dilarang Pendekatan ke Parpol Politik, Ini Aturannya!

Berita Tangerang - Sekretaris Daerah atau Sekda Kabupaten Tangerang,...