Pandeglang – Sekitar 1.000 warga Pandeglang masih bertahan di pengungsian, meski masa tanggap darurat tsunami Selat Sunda telah berakhir, Sabtu 5 Januari 2019. Warga memilih bertahan di pengungsian lantaran sudah tidak memiliki rumah.
Anah, salah seorang warga Kecamatan Labuan mengatakan, tsunami Selat Sunda yang melanda Kecamatan Labuan, 22 Desember 2018 lalu telah menghancurkan rumahnya. Sehingga, ia memilih untuk tinggal di pengungsian sementara waktu.
“Kan saya tidak memiliki rumah, rumah saya hancur diterjang ombak. Saya tinggal di sini (pengungsian GOR Futsal) bersama keluarga saya. Kalau tidak nginep di sini paling di rumah saudara,” kata Anah, Minggu 6 Januari 2019.
Sementara, Ketua Tagana Pandeglang, Ade Mulayana mengatakan sekitar 1.000 jiwa masih bertahan di pengungsian, karena rumahnya hancur. Selain itu, warga juga masih ada rasa khawatir akan ada tsunami susulan.
“Ya pertama rumahnya hancur, kedua mungkin karena ketakutan. Yang di sini (pengungsi) ada 1.000 mah,” kata Ade.
Dari pantauan, bantuan logostik dari berbagai pihak terus berdatangan ke posko logistik di GOR Furtsal Labuan.
Sementara Bupati Pandeglang, Irna Narulita mengatakan para pengungsi akan dipindahkan ke rumah warga dan majelis taklim yang sudah disewa, karena hunian sementara atau Huntara untuk para korban tsunami yang rumahnya hancur belum rampung.
“Saat ini sudah memasuki masa transisi menuju pemulihan selama tiga bulan. Selama transisi kami akan bangun Huntara, semoga dapat rampung dua bulan,” katanya.(Rus)