Tangerang– Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau Kemen PPPA berbagi cara efektif untuk mencegah anak terdampak dari paparan konten Pornografi. Mengingat saat ini anak-anak dapat dengan mudah terpapar saat menggunakan teknologi.
Plt Asisten Deputi Bidang Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kemen PPPA, Dermawan mengatakan teknologi pada dasarnya bersifat netral layaknya mata pisau bagi para penggunanya, termasuk anak-anak. Ketika anak-anak terpapar konten pornografi saat menggunakan teknologi, utamanya gawai, maka akan merusak otak bagian depan anak atau Pre Frontal Cortex.
“Karena itu dibutuhkan peran orang tua untuk aktif berkomunikasi dan menumbuhkan kontrol diri pada anak ketika menggunakan teknologi,”kata Dermawan usai menggelar Sosialiasasi Pencegahan dan Penanganan Korban dan / atau Pelaku Pornografi di Yayasan Bethesda, Tangerang, Jum’at, 15 Februari 2019.
Caranya, Kata Dermawan, ketika anak secara tiba-tiba melihat konten pornografi pada gawai, maka ajarkan mereka untuk menekan tombol back, home, scroll, atau menutup mata mereka.
“Tahapan pornografi adalah dari melihat, meningkatkan level pornografi, dan akhirnya meniru apa yang mereka lihat. Kita tidak bisa melakukan sterilisasi konten pornografi, namun kita bisa memberikan imun kepada anak kita,”tuturnya.
Menurutnya, terdapat bentuk-bentuk pornografi anak, diantaranya Child Sexual Abuse Material (CSAM), Grooming Online untuk Tujuan Seksual, Sexting, Sextortion (Pemerasan Seksual), dan Siaran Langsung Kekerasan Seksual terhadap Anak.
“Orang tua harus menjadi tauladan bagi anak-anaknya untuk mengurangi penggunaan gawai dengan memperbanyak komunikasi dengan anak,”katanya.
Sementara seorang Psikolog, Mona Sugianto mengatakan orang tua merupakan terapis terbaik bagi anak-anak ketika mereka terpapar pornografi. Ketika anak telah terpapar pornografi, berikan mereka kegiatan alternatif agar mereka tidak melakukan pelarian ke konten pornografi.
“Janganlah memarahi anak-anak ketika mereka terpapar konten pornografi. Namun buatlah kesepakatan antara orang tua dan anak terkait penggunaan gawai atau teknologi lainnya. Berikanlah mereka kepercayaan, namun tetap diiringi dengan komunikasi antara orang tua dan anak yang baik,”imbuhnya.
Editor : Fariz Abdullah