Kemiskinan Jadi Alasan Warga di Pesisir Pandeglang Berharap “Serangan Fajar”, Begini Kondisinya saat Pemilu 2019

Date:

Bupati Pandeglang Irna Narulita ketika menyalurkan hak pilihnya pada Pemilu 2019. Bersama dengan keluarga Irna kompak memakai baju putih datang ke TPS.(BantenHits.com/ Engkos Kosasih)

Pandeglang – “Serangan fajar” saat momen-momen pesta demokrasi, seolah telah menjadi hal yang lumrah, terutama di masyarakat pinggiran yang kualitas pendidikan dan akses informasinya rendah.

Para pelaku money politics, umumnya memanfaatkan kondisi ekonomi, politik dan sosial masyarakat pinggiran untuk dikapitalisasi. Mereka menyuap warga dengan harapan bisa mendulang suara.

Serangan fajar umumnya berbentuk uang dalam amplop atau bahan makanan pokok. Kasus yang menimpa Bowo Sidik adalah contoh, bagaimana serangan fajar disiapkan secara terorganisir.

Wartawan BantenHits.com Engkos Kosasih mencoba menelusuri fenomena serangan fajar di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang.

ZA, salah seorang warga di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, mengaku tidak akan memilih caleg ataupun capres pada Pemilu 2019 ini jika tidak ada yang memberikannya uang. ZA menganggap besaran serangan fajar yang lazim ia terima ketika ada hajat pemilihan seperti itu, nilainya cukup lumayan untuk ukurannya.

“Saya mah pilih yang kasih duit saja, lumayan,” kata ZA saat berincang dengan BantenHits.com, Rabu 17 April 2018.

Namun sayangnya, apa yang diharapkan SY pada pesta demokrasi 2019 di Kabupaten Pandeglang ini tak bisa terwujud. Serangan fajar yang biasa massif bermunculan, pada pemilu kali ini dirasa mereka sepi.

“Enggak ada yang ngasih ternyata, saya kira bakal ada,” cetus SY dengan nada kecewa.

SY, memang salah seorang warga kurang mampu di Kecamatan Cigeulis. Ia juga sering memprotes ketika ada caleg atau tim sukses yang menempel alat peraga kampamye (APK) di rumahnya tetapi tidak memberi apa-apa.

“Tadinya mau dipake buat beli sabun kalau ada yang ngasih,” timpalnya.

Berbeda dari SY, NA warga Kampung Jalupang, Desa Ciseureuheun, Kecamatan Cigeulis, justru mengaku mendapatkan serangan fajar yang dibagikan seorang caleg. Serangan fajar tersebut dibagikan merata kepada warga di sekitar kampung NA.

Karena NA merasa serangan fajar merupakan pelanggaran, lantas dia pun melapor kejadian itu, kepada pengawas pemilu setempat. Namun, sayang uang Rp20 ribu sebagai barang bukti yang diterimanya melalui tokoh masyarakat pada saat itu telah habis ia gunakan untuk membeli rokok. Sehingga laporan itu dianggap mentah dan sulit untuk bisa diproses.

“Narimakeun abdi oge duitna dipake meuli rokok (diterima saya juga, uangnya dipakai membeli rokok),” katanya.

Sementara Koordinator Divisi Penindakan dan Penanganan Pelanggaran Bawaslu Pandeglang, Fauzi Ilham mengaku menemukan temuan serangan fajar di salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang.

Saat ini, temuan tersebut masih dalam tahap pendalaman dan akan segera dibahas dengan Sentra Penegakkan Hukum Terpadu  (Sentra Gakkumdu).

“Ada di Kecamatan Pagelaran temuan dan laporan, cuma lagi didalami dulu, karena kita butuh pendalaman. Nanti dalam waktu dekat di bahas dengan Gakkumdu yah,” katanya, Kamis, 18 April 2019.

Editor: Darussalam Jagad Syahdana

Author

  • Engkos Kosasih

    Memulai karir jurnalistik di BantenHits.com sejak 2016. Pria kelahiran Kabupaten Pandeglang ini memiliki kecenderungan terhadap aktivitas sosial dan lingkungan hidup.

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Ketika Pj Gubernur Harus Hitung Sendiri Uang Santunan untuk 13 Penyelenggara Pemilu di Banten yang Wafat

Berita Banten - Pelaksanaan Pemilu 2024 di Banten berlangsung...

Anggota KPPS di Kadipaten Cilegon Meninggal Dunia Diduga Kelelahan

Berita Cilegon - Santo (23) warga Lingkungan Kadipaten, Kelurahan...

Ramai Nama Baru Kalahkan Suara Mantan Gubernur Banten di Real Count Sementara KPU

Berita Banten - Real count hasil Pemilu 2024 KPU...

Real Count KPU Hampir 50 Persen, Airin Rachmi Diany Caleg DPR RI Paling Digdaya di Banten

Berita Banten - Airin Rachmi Diany menjadi Calon Anggota...