Pandeglang – Perolehan suara petahana Joko Widodo alias Jokowi di Banten pada Pilpres 2019, merosot jauh jika mengacu hasil hitung cepat dibandingkan perolehan suara pada Pilpres 2014.
Lembaga survei Indo Barometer merilis perolehan suara, Joko Widodo – Ma’ruf Amin 37,5 persen, sementara Prabowo Subianto – Sandiaga Uno 62,9 persen. Padahal pada 2014, suara Jokowi bisa mencapai 42,9 persen.
Dibandingkan dengan rivalnya, pasangan Jokowi-Ma’ruf padahal sudah habis-habisan berkunjung ke Banten. Nyaris seluruh kepala daerah di Banten juga diturunkan untuk mendongkrak perolehan suara di Tanah Jawara ini. Ditambah sosok Ma’ruf yang merupakan ulama kelahiran Banten dan memiliki pondok pesantren besar di Banten.
Dari catatan BantenHits.com, Ma’ruf Amin sejak ditetapkan jadi cawapres sudah lebih dari 15 kali berkunjung ke Banten. Namun, upaya-upaya yang dilakukan Jokowi-Ma’ruf di Banten sia-sia. Alih-alih mampu mendulang suara, justru raihan suara malah merosot dari lima tahun lalu.
Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang Leo Agustino berpendapat, anjloknya suara untuk Jokowi karena kompilasi dari beberapa masalah.
TKD dan Partai Koalisi Tak Bekerja
Masalah pertama, kata Leo, dari hasil pengamatan di lapangan, Tim Kemenangan Daerah (TKD) dan partai politik koalisi tidak bekerja secara optimal. Terlihat dari sedikitnya baliho caleg dari partai koalisi yang menonjolkan gambar pasangan calon (Paslon) 01 itu.
“Saya menilai TKD kurang berhasil bekerja sebagai Tim yang solid, sehingga pada awal kampanye sangat sedikit Caleg yang mau dan berani memasang gambar sang Caleg dengan gambar Paslon Jokowi-Ma’ruf Amin. Seharusnya TKD lebih militan dalam memperjuangkan Paslon Jokowi-Kyai Ma’ruf, bukan malah relawan atau “Tim Hantu” yang jauh lebih militan dari mereka,” kata Leo kepada BantenHits.com, Sabtu 20 April 2019.
“Hal ini mereka lakukan karena khawatir jika memasang gambar Jokowi – Ma’ruf akan menggerus suara mereka. Sebab Jokowi dianggap antek asing, pendukung penista agama, anak PKI, dan lain sebagainya. Celakanya isu itu kurang mendapat perhatian dari TKD sehingga minim counter terhadap isu-isu miring,” tambahnya.
Kedua lanjut Leo, loyal voters Prabowo – Sandiaga di Banten memang masih sangat tinggi dan koalisi 02 berhasil mengelola dukungan dengan baik. Apalagi, isu politik identitas terus direproduksi untuk melemahkan suara Jokowi – Ma’ruf Amin.
“Ketiga, ini yang berkaitan langsung dengan Kiai Ma’ruf, peminggiran atau pemojokan Kiai Ma’ruf juga terus digoreng oleh lawan politiknya. Berita yang menyatakan kiai hanya mengejar dunia, tidak pantas menyandang gelar kiai, dan lain sebagainya digunakan untuk melemahkan suara 01 di Banten,” tandasnya.
Sikap politik Ma’ruf Amin memang berbanding 180 derajat jika dibandingkan ulama kekinian yang tengah digandrungi umat, yakni Ustaz Abdul Somad (UAS). Saat digadang-gadang akan mendampingi Prabowo Subianto, UAS justru dengan tegas menolak.
Belakangan, bahkan UAS yang menyatakan dukungan untuk Prabowo-Sandi, meminta dirinya tak dipanggil ke istana atau diberikan jabatan jika Prabowo-Sandi terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana