Jakarta – Tewasnya enam orang warga dan ratusan lainnya mengalami luka-luka saat aksi 22 Mei di Jakarta, tak akan membuat rakyat yang tengah memperjuangkan hak-hak demokratisnya takut.
Sebaliknya, semakin dihadapi dengan kekerasan, intimidasi dan represifitas, justru akan semakin bertambah gairah perlawanan rakyat, sehingga membawa bangsa ini masuk ke situasi konflik, yang tentu saja tidak diinginkan oleh siapapun dan tidak menguntungkan siapapun.
Hal tersebut disampaikan Rizal Ramli, tokoh mahasiswa era 70-an yang pernah dipenjara rezim Orde Baru melalui surat terbuka untuk Presiden Indonesia Joko Widodo.
Rizal melihat beberapa hari belakangan ini, Indonesia mengalami sebuah runtutan kejadian traumatik dan sangat menyedihkan. Polisi menghadapi ratusan ribu demonstran, yang menyampaikan hak-hak konstitutional mereka, dengan melawan apa yang mereka percayai sebagai kecurangan pemilu.
“Mereka dihadapi dengan tindakan yang brutal. Rakyat tak bersalah dipukuli atau ditembaki, sangat banyak yang terluka, dan beberapa lainnya tewas dengan mengenaskan,” kata Rizal dalam surat terbukanya,Jumat, 24 Mei 2019 seperti dilansir viva.co.id.
“Hal tersebut harus dihindari karena kita semua menginginkan masa depan yang cerah untuk rakyat dan bangsa kita,” ujarnya.
Dari enam korban tewas, dua warga Banten tercatat menjadi korban tewas tertembak peluru saat mengikuti aksi 22 Mei 2019 menolak hasil Pemilu di Jakarta.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun BantenHits.com, dua korban tewas asal Banten, yakni Abdul Aziz (27) warga Kampung Rocek Barat, Desa Rocek, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang; dan Bachtiar Alamsyah (23), warga Kelurahan Poris Gaga, RT 04 RW 06, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana