Senin siang, 8 Juli 2019, matahari sedang terik-teriknya. Buih-buih busa mengembang di atas Sungai Ciujung yang airnya hitam kecoklatan. Bau tak sedap meruap ditiup angin ke lautan atau mungkin masuk mengendap ke permukiman dan jalanan.
Bongak Ade alias Bomak (30), warga Kampung Jongjing, Desa Kebon Jeruk, Kecamatan Titrayasa, Kabupaten Serang, duduk di atas sampan nelayan di tepi Sungai Ciujung. Dari atas sampan, dia membagikan potongan ingatan masa kecilnya tentang Sungai Ciujung kepada wartawan BantenHits.com Nurmansyah Iman.
Bomak ingat betul, ketika dia menyaksikan bagaimana antusiasnya orang-orang menangkap ikan di Sungai Ciujung. Ada yang menggunakan jala atau pancingan. Sungai di tempatnya memang dikenal dengan keberadaan ikannya yang banyak.
Menurut Bomak, warga yang mencari ikan di Sungai Ciujung tak hanya warga dari kampungnya saja, melainkan warga dari Labuan dan Pandeglang.
Namun, itu dulu. Kini pencari ikan di Sungai Ciujung tak seramai dulu. Kondisi Sungai Ciujung pun telah hitam dan berbusa.
“Sebelum tercemar banyak dulu mah ikannya di sini (Sungai Ciujung). Dari mana-mana ke sini nyari ikan. Yang mancing juga ada dari Pandeglang, Labuan. Gede-gede lagi. Sekarang mah gak ada,” ungkap Bomak.
Berubah sejak PT Indah Kiat Pulp & Paper Berdiri
Kondisi air Sungai Ciujung yang hitam pekat dan berbusa, lanjut Bomak, menjadi pemandangan lumrah sehari-hari bagi masyarakat. Perubahan kondisi Sungai Ciujung diduga terjadi sejak PT Indah Kiat Pulp & Paper berdiri.
Bomak menduga, limbah PT Indah Kiat Pulp & Paper turut berkontribusi atas tercemar Sungai Ciujung di Kampung Jongjing, Desa Kebon Jeruk, Kecamatan Titrayasa, Kabupaten Serang.
“Udah biasa hitam kayak gini mah, masyarakat juga biasa aja gak mikir gimana-gimana. Pokoknya mulai hitam pas adanya pabrik Indah Kiat,” ungkapnya.
Bau Limbah Capai 100 Meter
Sementara itu, Bainah (70), warga lainnya saat ditemui di tempat yang sama mengatakan, selain kondisi air yang berubah jadi hitam dan berbusa, Sungai Ciujung kini mengeluarkan bau tak sedap.
Wanita yang sehari-hari berjualan kopi ini mengaku kesal dengan bau menyengat kala Sungai Ciujung berwarna hitam. Padahal jarak sungai ke warungnya sekitar 100 meter.
“Sekarang mah agak mendingan. Baunya sampe ke sini (warung) kalau arah angin dari arah kali,” ungkapnya dengan nada kesal.
Bainah yang sudah setahun lebih berjualan di sekitar sungai Ciujung ini mengungkapkan bahwa sering ada petugas datang untuk mengecek keadaan Sungai Ciujung, tapi sampai saat ini kondisinya masih tidak ada perubahan.
“Sering ke sini ada yang ngecek gak tahu dari mana dari dulu gini – gini ajah gak ada perubahan jadi biasa ajah,” ungkapnya.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana