Pandeglang – W (2), balita warga Desa Teluk, Kecamatan Labuan mengalami gizi buruk. Tubuh anak bungsu dari pasangan WH (41) dan UM (34) terlihat kurus. Karena miskin, sang ibu kerap membawa W mengemis di sekitar Pasar Labuan.
Kepala Desa Teluk, Endin membenarkan bahwa keseharian UM dihabiskan untuk mengemis bersama keempat anaknya termasuk W. Bidan desa kesulitan untuk memberikan perawatan kepada W.
“Bidan sudah sering datang ke rumahnya untuk memberikan pengobatan. Namun, karena suka dibawa keliling oleh ibunya, akhirnya tidak pernah ketemu,” katanya, Rabu, 31 Juli 2019.
Menurut Endin saat ini, W sudah dirujuk ke RSUD Berkah Pandeglang untuk mendapat perawatan. Endin mengklaim, sudah maksimal melakukan penanganan kepada W.
“Alhamdulillah dari Dinsos memberikan bantuan sebesar Rp 5 Juta, dan dari Binwil juga memberikan bantuan. Hal ini tidak luput dari perhatian kami, dan kami sudah berupaya memberikan pelayanan kesehatan melalui kegiatan Posyandu yang rutin dilaksanakan di Desa Teluk,” tandasnya.
Bukan Tanggungjawab Dinkes Semata
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang, Raden Dewi Setiani mengatakan masalah kekurangan gizi, bukan hanya tugas dan tanggungjawab dinkes semata. Menurutnya, butuh kepedulian dan tanggungjawab yang berkelanjutan dari lintas stakeholder terkait.
“Ini masalah kemiskinan, di mana anak diajak mengemis di jalan, sehingga kebutuhan gizi tidak terpenuhi dan kesehatan nya tidak terpantau, karena mereka mengemis nya mobile tidak di satu tempat,” jelas Dewi.
Dewi juga mengimbau agar para orangtua tidak melibatkan anak-anak di dalam kesehariannya, seperti mengemis, agar tumbuh kembang anak bisa terpantau.
“Harus ada aturan dari Pemkab Pandeglang bahwa anak-anak jangan bawa mengemis, itu adalah tugas Dinas Perlindungan Anak (DP2KBP3A),” tandasnya.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana