Tangsel – AQ (16), siswa SMA Islam Al Azhar BSD Kota Tangsel, meninggal mendadak di rumahnya, Kamis pagi, 1 Agustus 2019 sekitar pukul 04.00 WIB. Aurellia diketahui Anggota Paskibraka Kota Tangsel yang tengah mengikuti serangkaian latihan.
Keluarga mencurigai kematian AQ diduga akibat kekerasan yang dilakukan senior. Pasalnya, pada tubuh AQ terdapat sejumlah luka lebam.
BACA JUGA: Siswi SMA Islam Al Azhar BSD Anggota Paskibraka Kota Tangsel Meninggal Mendadak
Sehari setelah kematian AQ, praktik kekerasan fisik yang dilakukan senior terhadap juniornya dialami 13 siswi SMKN 7 Tangsel, Jalan Cempaka, Kelurahan Rengas, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangsel. Mereka mengaku ditampari satu-persatu, bahkan hingga dipaksa berduel satu lawan satu.
Para siswi itu, mulanya tak mau mengadukan aksi bullying para seniornya. Namun karena merasa tertekan secara batin, akhirnya mereka menceritakannya kepada keluarganya masing-masing.
Dilansir sindonews.com, para korban merupakan siswi kelas 11 (2 SMKN) Jurusan Perhotelan. Sedangkan para pelaku adalah seniornya, yakni kelas 12 (3 SMKN) Jurusan Kecantikan Rambut.
Aksi kekerasan fisik itu terjadi pada Sabtu 27 Juli 2019 malam di area Bukit Modern, Pondok Cabe, Pamulang. Setelah dihubungi, para korban dikumpulkan di lokasi. Barulah kemudian praktik bullying dilakukan.
Salah seorang ibu korban, CY menyebutkan, jika putrinya berinisial HV (17), ditampari secara bergantian oleh seniornya di lokasi. Bahkan tak hanya kekerasan fisik, makian dan intimidasi juga dia alami beserta 12 siswi lainnya.
“Kejadiannya itu Jumat dan hari Sabtu. Mereka dikumpulin, terus ditampar sama semua seniornya disitu. Dibentak-bentak segala macam, terakhir dimintakan uang juga,” kata CY di Tangsel, Jumat , 2 Agustus 2019.
Menurutnya, kekerasan fisik terhadap putrinya baru diketahui pada Senin 29 Juli 2019. CY curiga ketika HV selalu mengenakan masker di rumah. Begitu dicek, ternyata ada bekas memar akibat tamparan di bagian pipinya.
“Kan dia pakai masker, jadi waktu dilihat ternyata ada bekas tamparan. Barulah diceritain kejadiannya,” ucap Cindy.
Pelaku Diskorsing
Saat dikonfirmasi, pihak SMKN 7 membenarkan praktik kekerasan itu. Dikatakan, ada 9 siswi kelas 12 yang mengakui aksi kekerasan terhadap juniornya kelas 11. Bahkan para orang tua pelaku juga telah dipanggil ke sekolah.
“Semua ada 9 siswi yang melakukan itu, orang tuanya sudah kita panggil semua. Memang benar ada penamparan, ancaman, hingga dimintakan uang. Ada juga yang mengaku diajak berduel satu lawan satu. Jadi langkah kita ke depan ini adalah memediasi semua yang terlibat,” jelas Kepala SMKN 7 Aceng Haruji saat ditemui secara terpisah.
BACA JUGA: Mabes Polri Dalami Dugaan Korupsi di Banten yang Dilaporkan Aktivis
Ditambahkannya, hingga saat ini semua siswi yang menjadi korban kekerasan seniornya diberikan toleransi untuk tidak mengikuti kegiatan sekolah. Mereka “Dirumahkan” sementara, sambil menunggu pemulihan mental. Sedangkan ke-9 siswi pelakunya, tengah menjalani skorsing hingga proses mediasi selesai.
“Masih dirumahkan, tapi ada juga yang sudah memberanikan diri masuk sekolah, karena merasa sudah aman, prosesnya terus berjalan. Kalau 9 siswi yang melakukannya, di-skorsingseminggu ini,” terangya.
Kegiatan belajar-mengajar siswa-siswi SMKN 7 di bagi pada 2 lokasi. Lokasi pertama di gedung yang baru dibangun di Jalan Cempaka, Rengas, Ciputat Timur. Ruangan kelas di gedung ini, dijadikan tempat belajar bagi siswa kelas 12 dan kelas 10, kantor guru, hingga kantor kepala sekolah.
Sedangkan lokasi belajar kedua, bertempat di daerah Cirendeu, Ciputat Timur, yakni menumpang di ruangan kelas milik SMPN 2 Cirendeu. Di sana kegiatan dikhususkan bagi siswa kelas 11. Pembagian lokasi belajar itu disebabkan terbatasnya ruangan kelas yang ada.
Editor: Darussalam Jagad Syhadana