Pandeglang – Menko Polhukam Wiranto menderita dua luka tusukan pada bagian perut kiri sebelah bawah dalam insiden penyerangan di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, Kamis siang, 10 Oktober 2019.
Kapolda Banten Irjen Pol. Tomsi Tohir mengatakan selain Wiranto, tiga orang lainnya terkena serangan pelaku, yakni
Kapolsek Menes Kompol Dariyanto, Fuad Syauqi dan ajudan Danrem 064/MY.
Selain melukai korban-korban tersebut, kata Tomsi, pelaku juga sempat menyerang dirinya namun bisa dilumpuhkan.
Korban Fuad Syauqi ternyata diketahui merupakan warga Mathla’ul Anwar, salah satu ormas terbesar dan tertua di Indonesia. Fuad turut menderita luka tusuk di bagian dada.
Peristiwa Biadab
Terkait insiden penusukan rombongan Wiranto, Pengurus Besar Mathla’ul Anwar menyebut, aksi penusukan itu merupakan tindakan biadab yang tidak bisa dibenarkan dengan dalih apapun.
“Mathla’ul Anwar mendesak aparat keamanan untuk mengusut tuntas dan terang benderang peristiwa penusukan itu serta menindak tegas pihak-pihak yang terlibat dalam tindakan biadab tersebut,” demikian tertulis dalam keterangan pers PB Mathla’ul Anwar.
“Bagi Mathla’ul Anwar pengusutan secara tuntas dan transparan oleh aparat keamanan sangatlah penting agar tidak menjadi fitnah, baik bagi Mathla’ul Anwar maupun ummat Islam pada umumnya,” sambungnya.
Mathla’ul Anwar juga menegaskan, peristiwa penusukan terjadi di luar kampus Mathla’ul Anwar yaitu di Alun Alun Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang seusai Wiranto memberikan ceramah dalam rangka peresmian gedung kuliah baru di Kampus Universitas Mathla’ul Anwar yang berlokasi di Jl. KH. Mas Abdurrahman, Desa Sindang Hayu, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
“Bapak Menteri Polhukam saat itu hendak kembali ke Jakarta menggunakan helicopter yang terparkir di Alun-alun Kecamatan Menes yang berjarak sekitar 7 KM dari lokasi kampus Universitas Mathla’ul Anwar,” jelasnya.
“Bapak Menteri Polhukam pada saat itu sudah selesai menghadiri acara di Kampus Universitas Mathla’ul Anwar dan dilepas secara resmi dari Kampus didampingi oleh Kapolda Banten dan Kapolres Pandeglang. Kewenangan pengamanan kepada Bapak Menteri Polhukam sepenuhnya menjadi tanggungjawab pihak aparat keamanan,” lanjutnya.
Imbau Umat Islam Tenang
Mathla’ul Anwar mengimbau kepada semua warga Mathla’ul Anwar dan umat Islam pada umumnya untuk tetap tenang dan menjaga suasana agar kondusif serta menyerahkan sepenuhnya urusan penanganan kejahatan ini kepada apparat yang berwenang.
Mathla’ul Anwar adalah organisasi keagamaan Islam yang didirikan di Menes, Kabupaten Pandeglang pada tanggal 10 Syawwal 1334 H atau 9 Agustus 1916 M.
Organisasi ini didirikan oleh sejumlah kiai dan tokoh masyarakat, di antaranya Kiai Moh. Tb. Soleh, Kiai H. E. Moh Yasin, Kiai Tegal, Kiai H. Mas Abdurrahman, K.H. Abdul Mu’ti, K.H. Soleman Cibinglu, K.H. Daud, K.H. Rusydi, E. Danawi, K.H. Mustagfiri dan lain-lainnya.
Mathla’ul Anwar didirikan dengan tujuan agar ajaran Islam menjadi dasar kehidupan bagi individu dan masyarakat.
Mathla’ul Anwar dalam aktivitasnya melaksanakan 9 (Sembilan) prinsip yaitu:
Berpegang teguh kepada Alquran dan Assunah, bersatu dalam aqidah, berjamaah dalam ibadah, toleran dalam khilafiyah, bersikap tegas terhadap bid’ah, berorientasi kepada mashlahatil ummah, piawai dalam siyasah, bersama membangun masyarakat dengan pemerintah, dan berjuang di jalan Allah SWT.
Editor : Darussalam Jagad Syhadana