Lebak- Ramainya kabar soal harga tabung gas elpiji yang menembus Rp100 ribu di lokasi banjir bandang Kabupaten Lebak membuat Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya bersuara.
Putri sulung ketua Kadin Banten Mulyadi Jayabaya ini mengaku kecewa dan menyesalkan naiknya harga si melon di tengah kondisi masyarakat yang tengah tertimpa musibah.
“Iya iyalah tentu apalagi sekarang kan masyarakat kami sedang musibah gitu kan tapi mau gimana dia juga mengangkutnya kan pake sulit gitu kan ya,”kata Iti saat diwawancarai awak media di Kota Serang, Sabtu, 18 Januari 2020.
Ia menegaskan kenaikan si melon di lokasi banjir bandang ini bukan kebijakan dari pemerintah maupun pertamina. Bupati nyentrik ini menyebut naiknya harga gas elpiji 3 kilogram lantaran sulitnya medan untuk pendistribusian.
“Harganya sih normal karena di bawa jalan kaki itu akhirnya harganya menjadi tinggi ya. Ya kita tetap dengan distributor distributor tapi yang menentukan harga itu kan tadi itu yang membawa yang mikul nya itu kan,”kata Iti.
“Inilah bukan dari pemerintahnya ataupun pertamina juga gitu kan. Ini yang mesti dipahami ya,”sambungnya.
Iti mengaku Pemkab Lebak telah berupaya berkoordinasi dengan pihak pertamina. Namun pertamina sekarang distribusinya terbuka, untuk menindak tegas agen-agen distributor yang se-enaknya menaikan harga.
“Artinya kalau itu masuk subsidi untuk penindakan tegas kepada agen-agen atau distributor distributor yang apa menaikkan harga cukup tinggi harusnya kan dia memberikan CSR macem macem CSR baik dari agen agen atau distributor ini justru untuk membantu masyarakat dampak bencana ini untuk mendapatkan gas melon secara mudah dan juga murah,”pungkasnya.
Baca Juga: Melirik Nasib ‘Si Melon’ di Lokasi Banjir Bandang Lebak: Harga Melambung dan Stok Langka
Untuk diketahui banjir bandang melanda Kabupaten Lebak, Rabu, 1 Januari 2020. Akibatnya enam kecamatan seperti Sajira, Cipanas, Lebakgedong, Maja, Curugbitung dan Cimarga luluhlantah. Beberapa deda terisolir lantaran akses jalan yang terputus akibat tergerus banjir.
Editor: Fariz Abdullah