Serang – Ribuan warga berkumpul menyuarakan penolakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di Kampung Wangun, Desa Batukuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Minggu, 8 Maret 2020.
Masyarakat yang tergabung dari berbagai daerah di Provinsi Banten menggelar istigasah dan mimbar bebas di depan akses masuk pembangunan PLTPB.
Aksi warga ini digelar hanya berselang empat hari sejak sejumlah tokoh menggelar istigasah dengan menghadirkan ulama ternama Abuya Dimyati.
Saat istigasah itu, Rabu, 4 Maret 2020, selain mendoakan kelancaran proyek geothermal, Abuya Dimyati juga secara simbolis membuka blokade warga ke akses proyek.
Namun, tekad warga menolak keberadaan proyek sepertinya sudah bulat. Terbukti, ribuan warga kembali tumplek ke sekitar lokasi proyek.
Wartawan BantenHits.com Mahyadi melaporkan, dalam orasinya, salah satu ustaz di Padarincang, Aunillah mengatakan, maksud dari istigasah dan mimbar bebas yang digelar hari ini untuk menyampaikan penolakan masyarakat terhadap pembangunan PLTPB dan menuntut kepada pemerintah agar mencabut SK WKP Kaldera Danau Banten.
“Istigasah dan mimbar bebas ini kami lakukan dalam rangka menolak pembangunan geothermal dan cabut SK WKP Kaldera Danau Banten”, kata Aunilah di sela-sela orasinya.
Ia juga mengatakan, masyarakat yang tergabung dalam aliansi Syarekat Perjuangan Rakyat (Sapar) telah melakukan perjuangan dalam hal penolakan PLTPB sudah 5 tahun lamanya.
Menurutnya ini merupakan bukti tekad masyarakat dalam menolak Geothermal di Kampung Wangun, Desa Bantukuwung Kecamatan Padarincang.
“Kami berjuang sudah 5 tahun lamanya, segala bentuk hinaan caci maki bahkan adu domba ulama dengan masyarakat kami terima begitu saja, dengan keikhlasan dan keteguhan kami tetap berdiri tegak untuk tetap menolak PLTPB untuk menjaga kampung halaman kami dari kerusakan”, jelas Aunillah.
Dalam orasi mimbar bebas selanjutnya, Kiai Jamaludin dari Kabupaten Pandeglang menegaskan, masyarakat harus tetap bersatu untuk menolak pembangunan dan bersama-sama mengusir perusahaan yang telah meresahkan masyarakat.
“Usir perusahaan yang meresahkan masyarakat, rakyat siap berjuang sampai titik darah penghabisan dalam perjuangan penolakan pembangunan yang merusak” pungkasnya.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana