Pandeglang – Mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus Pandeglang menolak hasil Musyawarah Daerah (Musda) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pandeglang yang ke-XV. Penolakan itu, membuat gelaran Musda berakhir ricuh.
Dalam kericuhan itu sempat terjadi aksi saling dorong antara mahasiswa dengan aparat kepolisian. Bahkan terlihat juga beberapa fasilitas yang rusak akibat kericuhan yang terjadi di gedung PKPRI Pandeglang.
Ketua DPC PMII Pandeglang, Yandi Isnaeni menilai, Musda KNPI Pandeglang yang digelar Minggu, 26 Juli 2020 terlihat banyak kejanggalan. Pertama, panitia Musda tak melakukan verifikasi terhadap Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP).
Kedua, pada saat Musda tiba-tiba dilakukan secara aklamasi yang menunjuk Pujiyanto sebagai ketua. Padahal, seorang calon bernama Dedi Rifaldi tak mengundurkan diri.
“Saat Musda harusnya dilakukan pra-Musda dan dilakukan verifikasi terhadap registrasi OKP dan pada saat pemaparan visi dan misi hanya satu calon saja. Katanya sudah aklamasi, padahal tidak ada yang mengundurkan diri,” kata Yandi.
Ketua DPC GMNI Pandeglang, Tb Muhammad Afandi menambahkan, Musda ini terkesan dipaksakan dan terkesan memenangkan Pujiyanto sebagai ketua KNPI Pandeglang. Parahnya, organisasi dari Cipayung Plus, seperti GMNI, PMII, HMI dan IMM seolah tak dianggap ada.
“Harusnya KNPI memberikan contoh yang baik saat ada instruksi dan minta diskorsing harusnya dilakukan. Tapi ini malah memberikan contoh yang tidak baik,” tambahnya.
Kericuhan itu berakhir usai ditengahi oleh Polres Pandeglang sampai dilakukan mediasi. Saat mediasi di Mako Polres Pandeglang, Ketua DPD Provinsi Banten, Ali Fadilah mengatakan, kekisruhan yang terjadi merupakan sebuah dinamika organisasi. Ali juga membantah bahwa caretaker dan DPD KNPI Banten tak netral, meski memiliki hak suara.
“Saya kira kericuhan itu sebuah dinamika, perlu saya sampaikan posisi DPD KNPI Banten netral tidak berpihak pada Pujiyanto ataupun Dedi. Sebetulnya terkait kericuhan ini, kami sudah lakukan langkah antisipasi agar Musda ini berjalan kondusif,” katanya.
Ali menjelaskan, pada saat Musda tak ada aklamasi, hanya saja pada saat penyampaian visi misi, hanya Pujiyanto yang maju ke depan, sementara Dedi keluar dari ruangan Musda.
Lantaran Musda harus tetap digelar, sehingga dilakukanlah voting hingga membuat Pujiyanto menang dengan mengantongi dukungan 61 OKP dan 25 PK. Sementara untuk Dedi mengantongi dukungan 6 OKP dan 2 PK.
“Jadi hari ini, Pujiyanto terpilih berdasarkan hasil Musda dan keputusan kuorum. Pujiyanto mengantongi dukungan 61 OKP dan 25 PK. Dedi mengantongi dukungan 6 OKP dan 2 PK,” tutupnya.
Editor: Fariz Abdullah