Pahitnya Kehidupan Pengusaha Pakaian di Jakarta usai Dihantam Covid-19, Banting Stir Jadi Manusia Silver

Date:

Manusia Silver di Kota Serang. (BantenHits.com/Mursyid Arifin)

Serang- Pandemi Corona benar-benar membuat banyak orang kerepotan. Tak hanya dari segi kesehatan, ekonomipun turut tergerus wabah penyakit yang telah menewaskan 6.418 masyarakat Indonesia.

Adalah Dani, satu dari ribuan masyarakat di Tanah Air yang merasakan pahitnya usai Covid-19 menyerang Indonesia.

Usaha pakaian yang digelutinya di DKI Jakarta sejak lama harus kolaps bahkan gulung tikar karena sepinya pembeli. Terlebih saat Pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kebutuhan hidup membuatnya harus terus bekerja dan menghasilkan pundi-pundi rupiah. Manusia Silver adalah salah satu pilihannya agar bisa bertahan hidup.

“Karena ekonomi lagi susah, makanya saya beralih ke sini (Kota Serang, red). Tadinya saya di Tanah Abang. Karena corona, saya akhirnya harus mencari uang ke sini,”ujar Dani saat kepada awak media, di Lampu Merah Cipocok, Kota Serang, Kamis, 20 Agustus 2020.

Dani bercerita, dirinya sudah cukup lama menggeluti menjadi manusia silver atau menjadi manusia tontonan bagi pengendara sepeda motor di lampu merah itu sejak Juni 2020.

Ia mengaku, selama ini belum pernah ada yang mengganggu atau bermusuhan dengan siapapun. Bahkan dengan manusia silver lainnya mereka akrab, saling sapa dan selalu menjaga solidaritasnya.

“Kalau di jalan-jalan aman-aman saja, sam-sama dijalanan dengan manusia silver lain kita bergabung. Tidak pernah bermusuhan,” ucapnya.

Menjadi manusia silver bukanlah hal yang tak penuh rintangan. Ia tak jarang merasakan perbuatan yang tidak disukainya. Bukan pula profesi menjanjikan dari sisi finasialnya.

“Kecuali sentimen pengamen, sering sirik gitu kepada manusia silver. Pendapatan kita per hari bisa sampai Rp 70.000 – Rp 100.000,” keluhnya.

“Kita per hari paling maksimal dapat Rp 100.000. Itupun sampai sore,” timpal Adam teman sejawatnya.

Apa yang dirasakan Dani, hampir sama dengan Adam yang sering mendapatkan ocehan, cacian dan ledekan dari orang lain.

“Para pengendara ada yang baik, ada juga yang usil. Apa-apaan badan di cat, mending lu kerja. Gitu kata pengendara,” kata Adam sembari menirukan pengendara sepeda motor itu.

Editor: Fariz Abdullah

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related