Serang- Pamor Batik Banten mulai bangkit dari keterpurukan. Bagaimana tidak, dihantam resesi ekonomi selama Pandemi Corona membuat penjualannya merosot tajam.
Hal itu dialami oleh salah satu UMKM Batik Banten ternama di Tanah Jawara. Adalah Griya Batik Banten. Pendapatan yang biasa menembus Rp500 juta setiap bulannya kini hanyalah cerita.
Meski demikian, dibawah komando Nani Suryani dan keluarga, UMKM Batik Banten kini kembali menggeliat. Berbagai metode diterapkan agar keberadaan UMKM yang berdiri sejak tahun 2003 ini tak tumbang oleh Covid-19.
Kepada BantenHits, Manajer Batik Banten, Assriana Kennadiani menerangkan saat ini terdapat 75 motif batik yang diakui Pemerintah Provinsi Banten dan 60 karyawan.
Ia bercerita diawal Maret – Juni 2020 sempat tersendat produksinya lantaran adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus penyebaran wabah Covid-19.
“Biasanya pendapatan kita itu per bulannya Rp 200 – 500 juta-an kang, karena Covid pendapatan kita turun drastis. Sekarang mah paling Rp 100 juta-an,” kata Assriana.
“Alhamdulillah, sekarang juga lagi nerima pesanan dari Bawaslu 300 buah dan BKKBN Banten,”tambah putri pertama Nani Suryani, Direktur Utama Batik Banten itu.
Berlokasi di Jalan Bhayangkara Cipocok Jaya, Kota Serang, lapak Griya Batik Banten kini bisa kembali dikunjungi masyarakat. Meskipun harus menerapkan protokol kesehatan.
Para pengunjung bisa memboyong bahan batik khas Banten hanya dengan Rp130 ribu sampai Rp2 juta. Sedangkan untuk kemeja batik mulai tarif Rp 250 ribu hingga Rp 1.500.000 yang terbuat dari bahan sutra.
“Harganya berbeda-beda, kalau bahan prima 130 ribu sampai Rp 150 ribu. Tapi kalau TABM Baron Premium Rp 2 juta-an, kang. Itu ada batik tulis dan cap,” ujar Assriana sembari menunjukan motif-motif batik yang berjejeran itu.
Sekedar informasi, Batik Banten ini sudah memiliki hak cipta sesuai peraturan Mentri Kehakiman RI No. M.01-HC.03.01/1987.
Adapun motif bahan Batik Banten diantaranya, Madhe Mundu, Kapurban, Sebakingking, Wanasaba, Kawungbanten, Kepandean, Pratok, Tirtayasa, Kasunyatan dan masih banyak lagi yang lainnya.
Editor: Fariz Abdullah