Serang- Langkanya pupuk bersubsidi di Provinsi Banten membuat para petani di Tanah Jawara mengeluh. Mereka khawatir kualitas garapannya mengalami penurunan.
Tak hanya itu, menurut Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia atau POPMASEPI Wilayah II (Jawa Barat – Banten) kelangkaan pupuk di Tanah Air, khususnya Provinsi Banten dan Jawa Barat bakal mengancam terhadap ketahanan pangan lokal.
“Ini sangat ironis kelangkaan pupuk urea ini,” kata ketua POPMASEPI Wilayah II, Achmad Ramzy TJ saat dihubungi BantenHits.com, Selasa, 25 Agustus 2020.
Padahal, lanjut Ramzy, kementerian pertanian (Kementan) mencatat PDB (pendapatan domestik bruto) dari sektor pertanian pada triwulan I tahun 2020 meningkat 0,02 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya. Tapi disisi lain subsidi pupuk bagi para petani mengalami kelangkaan.
“Dengan adanya kelangkaan pupuk akan berdampak terhadap hasil komoditas petani dan sisi sosial ekonominya,” ujarnya.
Ironinya, pemerintah menyarankan kepada petani untuk beralih ke pupuk non subsidi. Sementara para petani enggan membelinya lantaran harganya naik dua kali lipat dari harga biasanya.
“Saran dari pemerintah untuk beralih ke non subsidi itu sangat ironis. Apalagi sekarang ini sudah nggak lagi yang bersubsidi-subsidian,” tegasnya.
Terpisah, salah satu petani padi asal Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Ahmad mengaku jika harus mengikuti arahan pemerintah beralih membeli pupuk non subsidi. Maka, biaya operasional petani akan lebih besar.
“Iya ngeluh pisan (banget) kang. Karena yang ada juga (non subsidi) mahal gak seperti biasanya,” keluhnya.
Editor: Fariz Abdullah