Pengakuan Terduga Teroris Asal Banten; Mula-mula Yasinan Malam Jumat lalu Ngomongin Negara Dikuasai China

Date:

Ilustrasi Densus 88 Antiteror menangkap terduga teroris di Banten. (Foto: Tribunnews.com)

Jakarta – Densus 88 Anti-Teror Mabes Polri dan Polda Metro Jaya melakukan penangkapan di sejumlah wilayah di Bekasi, Cikarang, dan Tangerang, sehari setelah aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu, 28 Maret 2021.

Salah satu yang ditangkap Densus 88 adalah Ahmad Junaidi alias Kijut (47), warga Jalan Cirendeu Indah IV, RT02/01, Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Provinsi Banten.

Tak lama setelah Kijut ditangkap, beredar video Kijut memberikan pernyataan. Ia menyebut dirinya merupakan simpatisan FPI.

“Saya Ahmad Junaidi, anggota simpatisan FPI. Sejak Habib Rizieq Syihab pulang ke Indonesia saya tergabung dalam jemaah pengajian Yasin Rawatib di bawah pimpinan Husein Hasni.” kata dia seperti dikutip BantenHits.com dari Kumparan.com.

Husein Hasni sendiri merupakan terduga teroris yang ditangkap di Condet, Jakarta Timur.

Ia menyebut alasanya berniat melakukan aksi teror. Menurutnya, semua berawal dari diskusi setelah kajian rutin malam Jumat yang dilakukan oleh Husein Hasni.

Dalam diskusi itu, mereka membahas kondisi negara. Ia menilai China sudah menguasai Indonesia sehingga ia ingin menyerang para pengusaha China.

“Kajian tiap malam Jumat bergilir ke tiap rumah anggota jemaah pengajian, setelah kajian kami banyak membahas keadaan negara yamg sudah dikuasai China,” ungkap Ahmad.

“Tenaga kerja, kekayaan alam serta kekuatan-kekuatannya, industri sudah dikuasai China, akhirnya teman saya Bambang dan [Zulaimi] Agus memberi semangat mengajak melakukan peledakan di industri China yang ada di Indonesia,” tambah dia.

Ahmad Junaidi juga sudah melakukan persiapan sebelum penyerangan yakni menyiapkan bahan peledak.

Sosok Urakan yang Hijrah

Dikutip BantenHits.com dari SindoNews.com, penangkapan Kijut, Senin sore, 29 Maret 2021, mengejutkan warga di sekitar Kijut tinggal.

Di mata warga Kijut merupakan pria yang ramah dan santun ini. Dia dikenal sebagai mantan pria nakal. Badannya penuh dengan tato, suka mabuk, dan pernah merasakan hidup di penjara.

KM (42), tokoh masyarakat sekitar mengatakan, Kijut dulu dikenal urakan. Suka nongkrong dan mabuk. Bahkan, pernah di penjara karena narkoba. Namun itu dulu, 15 tahun yang lalu. Kini, Kijut berubah total.

“Mulai hijrah setelah ditangkap kasus narkoba 15 tahun lalu. Sejak itu udah gak pernah nongkrong dan minum-minum lagi,” kata KM kepada, Senin malam, 29 Maret 2021.

Meski usia mereka terpaut jauh, KM mengaku kenal baik dengan Kijut. Mereka bahkan sering nongkrong dan mabuk bareng. Meski badan penuh tato dan suka minum, Kijut tidak pernah terlibat tindak kriminal seperti mencuri maupun tindak perkelahian.

“Dia itu seniman, sempat bikin kaligrafi. Jago bikin kaligrafi. Jiwa seninya tinggi. Banyak yang suka padanya. Dia juga pandai bikin tato batik. Nongkrong bareng, minum sama-sama dulu,” tuturnya.

Saat pertama ramai Front Pembela Islam (FPI), Kijut telah lebih dahulu terlibat. Bahkan, dia termasuk yang dituakan di wilayah itu sebagai laskar FPI. Dia juga lah orang pertama mengenalkan FPI di wilayah itu, hingga banyak yang terlibat dan bergabung.

“Orangnya aktif di kepemudaan wilayah. Dia yang pertama membawa bendera FPI di sini. Waktu Pilpres 2019, dia ngawal kotak dan timnya, sedikit banyak ngebantu juga. Dia asli warga sini, asli orang Cirendeu. Cuma tinggal mengontrak,” paparnya.

Saat mendengar kabar Kijut ditangkap oleh Densus 88 dan diduga terlibat jaringan terorisme bom bunuh diri di gerbang Gereja Katedral, warga kaget. Tidak ada yang menyangka Kijut bagian dari gerakan itu.

Siang tadi, sekitar pukul 11.00 WIB, Kijut dijemput paksa puluhan anggota polisi bersenjata lengkap. Kijut dijemput dari rumahnya. Dalam penangkapan itu, polisi juga menyita satu karung barang bukti. Diduga, Kijut berperan sebagai perakit bom bunuh diri.

Editor: Darussalam Jagad Syahdana

Author

  • Darussalam J. S

    Darusssalam Jagad Syahdana mengawali karir jurnalistik pada 2003 di Fajar Banten--sekarang Kabar Banten--koran lokal milik Grup Pikiran Rakyat. Setahun setelahnya bergabung menjadi video jurnalis di Global TV hingga 2013. Kemudian selama 2014-2015 bekerja sebagai produser di Info TV (Topaz TV). Darussalam JS, pernah menerbitkan buku jurnalistik, "Korupsi Kebebasan; Kebebasan Terkorupsi".

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Jumat Curhat Polda Metro Jaya di Legok; Cara Humanis Polsek Legok Ciptakan Kamtibmas dan Dekatkan Diri ke Warga

Berita Tangerang - Kejahatan jalanan dan kenakalan remaja menjadi...

Respons Aduan Warga, KASN Lakukan Analisa dan Akan Minta Klarifikasi Sekda Kabupaten Tangerang

Berita Tangerang - Komisi Aparatur Sipil Negara atau KASN...

Sekda Kabupaten Tangerang Dilaporkan Warga Sukamulya ke KASN terkait Dugaan Pelanggaran Etik ASN

Berita Tangerang - Sekretaris Daerah atau Sekda Kabupaten Tangerang,...