Jakarta – Kebakaran maut di Lapas Kelas 1 Tangerang yang menewaskan 44 narapidana masih menyisakan pertanyaan bagi keluarga Rezkil Khair, salah satu penghuni Blok C2 yang tewas.
Keluarga Rezkil Khair, Nursin menyebut kebakaran tersebut sebagai bentuk kelalaian penjaga Lapas.
Nursin merasa peristiwa itu tidak masuk akal, sebab, pada pukul 01.00 dini hari, puteranya masih menghubungi rekan-rekannya via chat. Ia heran mengapa kebakaran itu bisa terjadi tanpa sepengetahuan orang.
“Kalau kita mah nggak masuk akal aja. Jam 1 satu masih ngobrol sama saya kok, masih chatting-an, masa bisa kebakaran gitu aja orang nggak tahu,” kata Nursin seperti dikutip BantenHits.com dari CNNIndonesia.com.
“Itu kan masuk kelalaian mereka itu,” tambahnya.
Polisi Harus Mengusut sampai Tuntas
Keluarga korban kebakaranainnya, Sholeh, meminta agar Kepala Lapas bertanggungjawab atas peristiwa kebakaran ini. Ia juga meminta agar insiden yang menewaskan 44 narapidana itu diusut tuntas.
“Harus bertanggung jawab, harus diusut lebih detail lagi,” kata Sholeh saat ditemui di depan Ruang Transit Jenazah RS Polri, Kamis malam, 9 September 2021.
Sholeh merupakan paman dari Alfin bin Marsum, salah satu penghuni Lapas Blok C2 yang tewas akibat kebakaran itu.
Menurut Sholeh, pihak kepolisian harus memeriksa peristiwa ini sampai tuntas. Pemeriksaan, menurut Sholeh, tidak hanya dilakukan kepada Kepala Lapas, melainkan para sipir penjaga Lapas.
“Harus diperiksa sampai tuntas. Harus diperiksa,” kata Sholeh.
Sementara itu, kakak ipar Alfin, Muhammad Riza meminta agar penjaga Lapas lebih bersikap antisipatif atas peristiwa semacam ini. Sebab, satu blok di dalam Lapas bisa dihuni oleh ratusan tahanan. Terlebih, menurut Riza, Lapas merupakan lembaga pemerintahan.
“Saya pesan buat penjaga Lapas ibaratnya antisipasi lah, kan tahu sendiri, satu blok kan bisa ratusan orang kan,” kata Riza.
“Terus dengan kata-kata cuma korsleting listrik, pemerintah, kantor kan, mestinya lebih antisipasi,” tambahnya.
Editor: Fariz Abdullah