BantenHits- Sedari pagi, saya sengaja sudah melakukan persiapan untuk bepergian.
Rencananya saya akan menghadiri Milad ke-5 Irmas, Ikatan Remaja Masjid Desa Sawarna Kecamatan Bayah.
Karena hampir setiap hari saya sudah terbiasa bepergian, kali ini pun tidak ada hal atau persiapan khusus. Hanya, saya selalu berdo’a sejenak sebelum bepergian, agar senantiasa diberikan keselamatan, kesehatan, dll.
Karena acara selesai sampai ba’da dzuhur, seperti biasa, untuk memanfaatkan waktu saya terbiasa mengontak beberapa teman yang terlewati jalur perjalanan, untuk kemungkinan bisa bertemu, untuk memaksimalkan waktu kunjungan dengan ngopi sambil ngobrol ringan atau merencanakan banyak hal.
Tak terasa, dengan perjalanan santai, saya sampai di Sawarna sekira 3 jam. Ternyata acara sudah dimulai, dengan beberapa sambutan. Saat saya datang, saya masih mendapatkan Taujih atau Nasehat dari Kiyai setempat, terkait dengan peran pemuda.
Saya bahagia, saya diminta menyampaikan gagasan dan hal menarik untuk memantik kreatifitas pemuda. Alhamdulillah, cukup banyak remaja masjid yang hadir dengan beragam usia. Acara dihadiri pula oleh Kepala Desa, serta beberapa tokoh pemuda.
Pemuda harus didampingi dan diarahkan agar energi dan kreatifitas mereka tersalurkan dengan baik. Mungkin perlu dengan sedikit tantangan agar mandiri.
Sebagai ilustrasi saya sampaikan, alam keseharian, saat pelaut menghadapi ombak besar bahkan badai. Pelaut tidak bisa merubah arah angin, namun bisa merubah arah layar. Tantangan, kreatifitas dan keuletan menjadi paket indah menuju tujuan.
Bung Karno pernah berkata, “Beri saya 1.000 orang tua, maka akan aku cerabut Gunung Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, maka akan aku guncang dunia”. Optimisme yang perlu kita hadirkan kembali hari-hari ini. Bahkan disaat tatanan dunia telah berubah. Pemuda, para milenial tidak ada matinya.
Milenial selalu banyak kejutan, anak saya yang sedang berada di Turki, untuk membahagiakan Ummi (Ibu) nya, memesan layanan antar makanan online di Rangkasbitung dari sono, untuk diantar ke rumah kami. Hal yang dulu tidak pernah terpikirkan.
Tantangan akan selalu ada, justru akan memberi kepada kita ruang kreatif, inovatif dan daya tahan tidak cepat menyerah dengan keadaan. Bukankah kita tahu bahwa pemandangan yang indah didapat dari berbagai rintangan dan pendakian tersulit.
Ada waktunya!. Seolah menjadi mantra ajaib bagi saya. Karena saya meyakini, setelah berusaha dan berproses mencoba hal baru, biar Allah yang memantaskan.
Saat kecil, saat kita belajar sepeda, berhari-hari setelah beberapa kali menggowes kemudian oleng dan jatuh, berkali-kali. Sampai kita menemukan teknik gowes dan menjaga keseimbangan, hingga akhirnya bisa !.
Untuk hal lain, biasanya saya juga belajar dari hal yang menurut saya susah. Misalnya belajar kendaraan roda dua yang berkopling. Sangat lama saya belajar motor kopling, berkali-kali gak bisa. Sempat lupa, dan putus asa, sampai saya putuskan gak bisa. Kemudian semangat itu muncul lagi, berkali berlatih, bahkan sampai ke gaya kuda-kudaan untuk menstabilkan kopling. Hingga akhirnya bisa !.
Ada tip dari seorang sahabat, menandakan kita sudah bisa, disaat melaju kita bisa menepuk-nepuk Tanki bahan bakar yang posisinya di depan kita. Haha… Ada benarnya juga sih, ada rasa bahagia menjalar disaat pertama kali kita bisa melaju dan menepuk-nepuk tankinya. Nuhun bro…. Hingga akhirnya menggunakan motor lain tinggal menyesuaikan saja.
Begitu pula saat belajar mengendarai kendaraan roda empat, saya paksakan untuk bisa menggunakan yang persneling manual. Entah berapa kali menabrak ringan dan banyak hal lain saat belajar. Belajar maju mundur (cantik.. haha), parkir, dan lain-lain, hingga akhirnya bisa !. Menggunakan mobil matic tinggal menyesuaikan saja.
Begitu pula saat belajar menulis artikel untuk media cetak ataupun online. Perlu proses, belajar banyak hal, hingga kemudian kita terbiasa menulis banyak hal.
Menyambut tantangan, hingga kemudian tiba-tiba bisa dan lancar, adalah proses yang harus kita lalui. Semua ada waktunya !.
Kembali kepada kontak-kontak teman. Setelah acara, saya menyempatkan mampir ke rumah salah seorang teman saya di Sawarna. Beliau petani, petani muda. Saat ngobrol dirumahnya yang asri dengan pemandangan ke persawahan, beliau mengatakan belajar bertani, saat ini beliau bertani Melon, beliau lakukan secara otodidak. Wow.
Setelah melalui berbagai macam eksperimen, saat ini sudah beberapa kali panen buah melon yang sudah diakui secara tektur dan rasanya manis.
Saya yakin, karena semangat tinggi, beliau akhirnya bisa. Saat ini bahkan, beliau sedang berupaya mengajak warga sekitar untuk ikut menanam tanaman Hortikultura, bukan hanya melon namun juga jenis tanaman lainnya.
Disamping harganya lumayan dibandingkan bertani sawah, juga untuk menjaga kesuburan tanah jika dilakukan selang seling tanaman berbeda. Menarik.
Pemuda, yuk sambut tantangan dan guncang dunia dengan berproses, ide segar dan inovasi, sebagai investasi untuk masa depan.
Tatanan dunia baru di tengah Covid-19 merupakan tantangan menarik yang harus kita sambut. Semoga.
Penulis: Dian Wahyudi (Ketua Generasi Muda (GEMA) Keadilan Lebak)